Jumat, 20 Juli 2012

Jumat Barokah, insyaAllah..

Jumat Barokah, insyaAllah!
Tepat satu minggu yang lalu. Tanggal 13 Juli 2012, tentunya tepat hari jumat. Ada yang spesial di hari jumat ini. Ah tidak hanya jumat, setiap hari selalu ada yang spesial, ya mungkin sesuatu yang bisa diambil hikmahnya.
Sekitar pukul 09.00 aku melangkahkan kakiku dari Rumaisha menuju kantor birokrat Undip, yup Rektorat. Ada dua gadis yang baru kukenal lewat sms menungguku disana. Salah satu dari mereka mengirim sms padaku menanyakan aku dimana. 10 menit kemudian aku sudah memarkirkan motorku di tempat parkir rektorat dan kemudian memasuki rektorat. “saya sudah masuk gedung rektorat lt 1”, aku me-reply demikian. Aku duduk di kursi yang seharusnya diduduki oleh ‘para penunggu’. Tidak lebih dari 1 menit ada dua gadis berjilbab rapi menghampiriku, menyalamiku dan sepertinya ragu-ragu ingin menyapaku. Aku hanya tersenyum dan mencoba menebak “hayoo siapa?”. “mba diba ya..”, salah satu dari mereka berucap. “iya.. sini duduk dulu”, jawabku dan mempersilahkan mereka duduk. Aku mengamati mereka, dua mahasiswa baru undip 2012 asal Kudus, berjilbab rapi, yang satu berjilbab warna merah muda yang satunya lagi warna coklat tua. Aku tahu jelas kedatangan mereka kesini. Aku menarik nafas pelan dan berusaha memilih kata yang tepat sebagaimana dua hari sebelumnya. Kemudian sebagai pembukaan aku menanyakan satu hal kepada mereka. “kalo saya kan daftar bidikmisi mba” jawab yang berjilbab merah muda. “kalo saya nggak daftar mba, ini saya sudah bawa berkas-berkas yang harus dilengkapi, sudah lengkap mba” jawab yang berjilbab coklat tua. Dia memberikan berkas-berkas itu padaku dan akupun membukanya. Ada surat keterangan tidak mampu, fotokopi katu keluarga, fotokopi rekening listrik, foto rumah dan lain-lain. “begini dek, kalo yang sudah daftar beasiswa bidikmisi untuk sementara tidak perlu bayar, jadi nanti langsung saja bisa registrasi ulang tanggal 2 – 10 Agustus ya. Kalo yang tidak mendaftar bidikmisi namun mengalami kesulitan dalam membayar uang masuk, ada kebijakan dari Undip yaitu pengangsuran, jadi... bla bla bla” aku menjelaskan secara lengkap tentang pengangsuran biaya SPMP. “gimana dek?” aku meminta tanggapan padanya. “gimana ya mba, jujur ibu saya kesulitan jika harus membayar segini (total biaya yang harus dibayar tanpa pengangsuran-red), mungkin bisa diusahakan untuk membayar tanpa SPMP meskipun sebenernya susah juga”. Aku menatapnya, tidak ada wajah sedih ataupun sebaliknya, dia tidak malu menceritakan kondisi sebenarnya. Sebenarnya aku sudah tahu jelas kondisinya melalu sms sebelum bertemu, lengkap pula dengan kondisi keluarga. Aku diam sejenak lalu aku membawanya ke ruang dalam yang biasanya dilakukan wawancara oleh Tim Advokasi. “dek, berkasnya kan sudah lengkap, tapi dari kami ada form yang perlu diisi” kataku sambil memberikan dua form untuk diisi padanya.
Aku melihat jam di handphone ku. 09.24 terlihat jelas di layar hp-ku. Aku mendesah pelan. Entah sudah berapa kalimat istighfar aku ucapkan amat pelan. Mencoba tidak panik dan aku mengambil berkas-berkas yang menumpuk agar segera di bawa ke Pak PR 2 untuk di-disposisi. “dek, saya tinggal ke PR 2 dulu ya. Form nya diisi dulu, nanti insyaAllah saya kesini lagi”. “iya mba, maaf ya merepotkan” jawab mereka. Aku balas dengan senyum, lalu mengganti jaket dengan jas almamater, lalu melangkahkan kaki dengan cepat menuju ruang PR 2 di lantai 2. Tepat sesuai dugaan, aku harus menunggu dapat giliran menghadap orang paling sibuk untuk momen seperti ini. Kembali menatap jam hp. Jam 10.00. Sudah banyak sms masuk menanyakan aku sedang dimana. Ya Allah. Sambil menunggu giliran aku keluar ruangan PR 2 melihat kondisi di bawah apakah ada yang isa menggantikan aku, sepertinya tidak! Semuanya juga sedang sibuk dengan job masing-masing. Kalimat istighfar kembali kuucap. Hingga akhirnya aku memutuskan meng-sms kawan satu komisi, meminta tolong untuk menggantikan aku, berharap semoga ada waktu luang. Alhamdulillah dia bisa meskipun harus menunggu hampir 15 menit.
Jam 10.30 aku meninggalkan ruang PR 2. Akupun kembali ke lantai 1 mengingat aku sudah janji ketemu dengan dua mahasiswa baru tadi. “Gimana dek? Sudah diisi semua?”. Ia menyerahkan berkasnya lengkap form yang sudah diisi. Berbincang lumayan lama juga, ditambah memotivasinya dan menguatkannya. “Ini yang bisa kami usahakan dek, ya semaksimal mungkin, namun nanti hasilnya Pak PR 2 yang memberi keputusan. Kita sama-sama berdoa saja ya, semoga dimudahkan. Semoga Allah pun melimpahkan rizqinya..”. Hampir 10 menit aku berani memutuskan apa yang harus aku tuliskan di berkas itu untuk membantunya. Bismillah, ucapku dalam hati. Setelah itupun aku menyarankan sebuah kosan Islami (wisma-red) untuk salah satu dari mereka yang sudah pasti masuk Undip karena mendaftar bidikmisi. Aku menghubungi temanku untuk menjemput mereka. Jam 10.45. “saya duluan ya dek, maaf nggak bisa nganter lihat-lihat wisma, ada agenda soalnya. Assalamu’alaikum..” Aku berpamitan pada mereka, menyalaminya dan melemparkan senyum.
Aku melangkah ke parkiran rektorat. Menarik nafas panjang. Ya Allah, semoga Engkau bukakan pintu kemudahan-Mu untuknya, doaku dalam hati.
Jam 10.50 aku sampai pada sebuah wisma. Banyak motor sudah terparkir di depannya. “assalamu’alaikum.....” aku memasuki ruang tamu. Wa’alaikumsalam. Alhamdulillah nyampe juga. Wah sampai-sampai masih pake almamater. Duh Bu Senat nih, hehe. Mau dipijitin yang mana? Ah kayaknya pikirannya yang dipijitin, hehe. Beberapa kawanku mengucapkan demikian sambil senyum. “afwan ya..” aku hanya bisa mengucap kata ‘afwan, kata maaf dalam bahasa arab. “Oke, ayuk berangkat”, kamipun berangkat ke sebuah tempat. Ya rihlah, sebuah sarana untuk refreshing, merefresh serta mencharge ruhiyah dan semangat, di sela-sela kehidupan dunia yang begitu melelahkan.
Ngrembel Asri. Sebuah tempat di kawasan Gunung Pati. Baru kali ini aku datang ke tempat itu. Tempat pemancingan, tempat rekreasi, tempat bermain, tempat outbond, kebun binatang, dan tentunya tempat untuk berfoto ria, hehe. Aku membiarkan diriku beserta pikiranku bebas, biarkan saja diri ini bersantai dan bertafakur terhadap alam ciptaan-Nya beserta segala isinya yang begitu indah. Tenang dan damai. Terdengar riak-riak air di sebuah kolam ikan yang cukup luas. Terlihat ular cantik berwarna kuning yang dikurung agar tidak membahayakan pengunjung. Dan masih banyak binatang-binatang lain yang sengaja menjadi obyek wisata di Ngrembel Asri. Oh ya, di Ngrembel Asri bertemakan ikan, tentunya, karena makanan atau menu utama di Ngrembel Asri adalah ikan, aku beserta ‘rombongan’ pun menikmati gurame bakar yang sungguh menggoda lidah. Alhamdulillah, yummi :)

Seluruh rangkaian ‘refreshing’ ini sesungguhnya adalah dalam rangka melingkar (namun tidak simetris :D). Masing-masing dari kami membacakan sebuah surah dalam Al-Qur’an secara bergantian dengan metode tasmi’ (yang satu membaca tanpa melihat yang lain menyimak) begitu seterusnya. Alhamdulillah serangkaian ‘refreshing’ dilalui dengan baik. Supply energi ruhiyah beserta khotirot-khotirot yang menjernihkan hati. Syukurku pada Allah atas segala nikmat-nikmat yang begitu luar biasa.

ya Allah.. jernihkan hati ini, kuatkan pijakan ini..
aku tahu janji-Mu pasti :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar