Selasa, 06 Agustus 2013

Ijinkan Aku Menangis Bersamamu

Lagi..
Aku melihat air mata itu lagi. Mengalir dari sepasang mata yang sendu kala itu. Seperti mata yang lelah, mata yang ingin meluapkan segala kelelahan hati atas lika liku perjalanan. Dan akupun mendengarnya, aku mendengar suara yang bergetar. Kata per kata, kalimat per kalimat, getaran itu semakin terasa. Getaran itu penahan air mata, mungkin begitu. Tapi lagi lagi perasaan manusia tak bisa menipu. Setiap jiwa yang mendengarnya akan merasakan gejolaknya. Ya, dan air mata itu tak terelakkan lagi.
Aku mendengar. Aku melihat. Dan akupun merasakan. Aku hanya terpaku, mencoba menerjemahkan situasi dengan kelembutan hati. Ada kekuatan disana, namun kelemahan juga tak bisa disembunyikan. Ya, semua menjadi semakin nyata dan jelas. semacam perasaan yang yang sudah membuncah, meluap-luap hingga seakan kata-kata telah habis untuk mewakili keresahan jiwa.

Ahh, aku tau apa yang kau rasakan. Tidak mudah. Yang ku tahu kau amatlah tangguh. Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada dirimu kala itu? Bukankah kau sudah cukup teruji? Kesulitan-kesulitan sebelumnya telah kau lalui dengan predikat lulus cumlaude, hingga seakan tak perlu ku merangkulmu. Lalu kenapa?

Merenung dengan kelapangan hati. Mencari serpihan-serpihan yang dulu pernah retak untuk disusun kembali hingga kembali indah. Meskipun tak seindah dulu namun kekuatannya mungkin akan tetap sama. Tentang hati, tentang rasa, yang harusnya semestinya.

Menangislah jika menangis bisa membuatmu lebih tenang. Luapkanlah jika memang itu bisa membuatmu lebih lega. Menjadi dirimu atau memerankan lakon apapun, bukan tentang kita mampu atau tidak melainkan kita mau atau tidak. Tidak ada peran yang mudah, masing-masing memiliki titik ujian yang berbeda. Ujian itu untuk menguji sejauh mana keimanan kita, atau bisa jadi ia adalah teguran atas langkah yang keliru. Bersabarlah. Fashbir, shobron jamilaa. Dan kita diminta untuk  terus berkaca, bermuhasabah atas perjalanan yang telah kita lalui.

Kau tidak sendiri saudariku. Sungguh. Mungkin terasa begitu sendiri, namun percayalah kita sedang bekerja bersama-sama, dalam dimensi ruang yang berbeda. Yakinlah Allah telah menjadi saksi. Maka menangislah jika menangis bisa membuatmu lebih tenang, tapi ijikan aku  menangis pula bersamamu, saudariku...


21 Juni 2013
Untuk saudariku yang kucintai karena Allah
Ijinkan aku menangis bersamamu