Kamis, 15 November 2012

Ku Pasrahkan Hidupku


Langit sore masih seperti biasa. Cerah. Matahari pun tak mau kalah menunjukkan kehebatannya. Kala itu, semburat cahaya semangat telah ditampakkan. Senyum, tawa, bahkan tangis bahagia terurai dengan alamiahnya.
Aku, menjadi secuil kisah klasik mengharukan dalam episode penguatan identitas. Aku, bersama dengan perasaan yang tak terkendali, mencoba mengurai keaslian cerita yang sedang terjadi detik itu. Nyata, maya atau mimpi? Aku terpaku, mataku pun memandang jari-jariku yang mulai basah. Dan air mata tak bisa kubendung. Entah, apa yang sedang kurasakan kala itu, sepertinya memang perasaan yang tak mampu terdefinisi dengan logika akal manusia.
Sebuah keputusan terbesar dalam sepanjang hidupku sampai tahun ke dua puluh satu ini. Ya Allah.. Aku hanya berharap pada-Mu tentang apa-apa yang terbaik untuk hamba-Mu yang lemah ini. Now, this is my way.
Ya Allah, aku hanya manusia biasa yang tak pernah bisa menjadi manusia sempurna seperti Muhammad-Mu. Sebuah nikmat yang tak terkira saat Engkau masih menitipkan benih-benih keimanan pada hati ini. Aku hanya belajar memelihara keimanan ini bersama mereka yang berjuang dalam agama yang kau sampaikan pada Muhammad Sang Kekasih-Mu. Ya Allah aku hanya manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan. Aku hanya sedang berusaha memperbaiki diri hingga Engkau ridho meski akupun tak tahu kapan Engkau ridho. Ya Allah aku hanya manusia biasa yang penuh dengan kekurangan dan keterbatasan. Namun ternyata nikmat dan reseki yang Engkau berikan jauh lebih banyak dari yang kukeluhkan. Ya Allah, aku hanya merasa menjadi hamba yang belum pantas atas semua itu.
Ya Allah, aku percaya setiap yang terjadi pada hamba-hamba Mu tak pernah luput dari takdir-Mu. Dan aku yakin semua yang terjadi pada hidupku adalah ketetapan-Mu. Aku yakin tak pernah ada yang sia-sia, pasti ada yang ingin Kau ajarkan untuk hamba-Mu yang lemah ini. Allah mampukanlah aku dalam setiap episido-episode yang akan kujalani kemudian hingga semua akan tertatap sebagai sumber energi positif yang luar biasa yang akan terus membakar semangat juang di bumi yang fana' ini.
Dan aku terus berharap pada-Mu ya Allah, Sang Penggenggam dan Pemilik jiwaku, tak henti-hentinya ku ucap di setiap sujud dan doa panjangku, yakinkan aku dan teguhkan hatiku hingga tak ada lagi keraguan yang mengusik relung hati.
Aku pasrahkan seluruh hidup dan jiwa ku padamu ya Allah ya Robbi..


11 Oktober 2012
Ba'da ashar hingga maghrib...

Semoga Engkau kuatkanku dalam memegang janjiku...

Minggu, 23 September 2012

Dan Ternyata Cinta...


Dan Ternyata Cinta...

dan ternyata cinta yang menguatkan aku
dan ternyata cinta yang mendekap jiwaku

Sejuk
Hembusannya sungguh merasuk ke dalam rongga-rongga jiwa
Menyirami keringnya tanaman jiwa yang membutuhkan
Menguatkan akarnya untuk tetap menopang
Mengokohkan batangnya untuk tetap berdiri tegap tangguh
Menghijaukan daunnya untuk tetap menyimpan energi-energi kehidupan
Mempercantik bunganya untuk tetap menjadi keindahan bagi sekitarnya
Dan akhirnya mencetak biji-biji generasi pembangun lalu menebar benih-benih kebaikan di setiap sudut dunia.

Begitulah cinta. Cinta membuat segalanya indah. Cinta membuat siapapun mampu bertahan dalam kehidupannya. Cinta membuat api-api semangat itu terus menggelora. Cinta membuat misi-misi itu semakin kuat mengikat untuk mencapai puncak visi hakiki di hadapan-Nya. Ya, itu cinta. Cinta yang tak bisa hanya didefinisikan dengan retorika kata apapun yang melambung, karena cinta bukan hanya kata, namun juga rasa, juga kerja.

Dan ternyata cinta, yang telah menguatkanku hingga saat ini.
Dan ternyata cinta, yang telah mendekap jiwaku erat kuat.
Dan ternyata cinta, yang telah meyakinkanku akan jalan indah ini.
Dan ternyata cinta, yang telah mengokohkan imanku.
Pada-Nya, pada Ilahi Robbi, Maha Pemilik Cinta.
Cinta yang suci dan mensucikan.
Cinta yang akan terus membersamai dalam setiap episode kehidupan.
Hingga kisah-kisah baru bermunculan, memberikan kado indah yang mengejutkan.
Cinta itu akan tetap ada, membingkainya.
Hingga akhir masa..
InsyaAllah...
 :)

@Nafisah Studio 8

Minggu, 02 September 2012

Welcome to the campus, The MASTER Boy!

Senin, 6 Agustus 2012.
Pukul 09.30, aku masih harus ke rektorat untuk proses advokasi mahasiswa baru. Seperti hari-hari sebelumnya sejak awal bulan Juni lalu. Dan bulan Juli ini, sejak tanggal 1 kemarin adalah masa advokasi mahasiswa jalur Ujian Mandiri (UM). Posko advokasi ada di ruang sidang Pembantu Rektor 3, lantai 2 gedung Rektorat. Waktu itu ruangan sudah penuh, banyak mahasiswa baru beserta orang tuanya mengantri untuk diadvokasi, dan tim advokasi terlihat begitu serius melayani mereka. Aku tak membiarkan diri ini nyaman dengan pemandangan seperti itu, mendekati sebagian mereka yang merasa bingung dengan pengisian surat pernyataan ataupun mereka yang butuh penjelasan bagaimana advokasi yang bisa dilakukan. Suasana sesak meski ruangan sudah ber-AC terasa di kepala, namun semua harus dilawan dengan sikap stay cool, dan tentunya sikap solutif. Kemudian ada seorang mahasiswa baru menyapaku.
'Kak, saya mau mengajukan permohonan keringanan'. Aku yang melihatnya lalu mempersilahkan dia duduk dan menanyakan kelengkapan berkas-berkasnya kemudian memberikan surat pernyataan yang harus ia isi beserta nominal uang yang bisa ia usahakan. Nah itulah yang menjadikan dia bingung untuk mengisi, 'Saya harus isi ini apa kak?'. Akupun menjelaskan. Singkatnya, 'sebenarnya bukan keringanan dek, namun pengangsuran, dan yang bisa diangsur itu hanya SPMP, artinya komponen biaya selain SPMP harus dibayarkan saat ini juga. Nah, kalo diangsur 2x gimana? Jurusan Sejarah ya, jadi totalnya 11.611.000. Kemungkinan besar ini yang bisa segera di-acc dek'. Diapun mengangguk, tak ada ekspresi sedih atau kegalauan terpancar dari mukanya, dia tenang dan seakan ada rasa optimisme yang kuat. 'Nanti coba aku hubungi kepala sekolahku kak'. Kok kepala sekolah? bagaimana bisa?
Dia menjelaskan, Dia berasal dari sekolah Master. Awalnya aku tak mengerti apa itu sekolah Master. Ternyata itu adalah sekolah untuk anak-anak jalanan yang bertempat di sebuah terminal di kawasan Depok. Dan biaya kuliahnyapun akan dipikirkan oleh Kepala Sekolah, katanya. Aku menyimaknya dengan seksama. Dia juga memperlihatkanku dua berita online tentang dia dan teman-teman sekolahnya yang berhasil menembus Perguruan Tinggi Negeri. Mereka berdelapan dari sebuah sekolah anak jalanan mampu masuk Perguruan Tinggi? Aku tercengang. Dia juga bercerita dulu pernah ada seniornya yang masuk sebuah perguruan tinggi negeri, biaya yang harus dikeluarkan adalah delapan juta dan luar biasa beruntungnya ada donatur yang membiayainya. Subhanallah! Aku bertanya-tanya dalam hati, luar biasa sekali pendiri sekolah itu, siapa ya? Rasa penasaranku terjawab. Pendiri sekolah Master dulunya adalah seorang penjual batagor, kemudian beliau mendirikan sekolah itu karena keterbutuhan pendidikan bagi anak-anak jalanan. Kembali pada surat pernyataan. Aku menyarankan dia mengisi pengangsuran 2x yang artinya yang harus dibayarkan sekarang adalah Rp 11.611.000 sembari aku menjelaskan bahwa kami tetap akan mengupayakan ke pihak petinggi rektorat untuk memberikan keringanan. Dia mengangguk tanpa beban. Pemberkasan selesai. Dia meminta nomor hp ku, kemudian aku memintanya menunggu di luar.
Aku masih terngiang dengan percakapanku tadi dengannya. Bayangkan saja, seorang siswa sekolah anak jalanan berhasil masuk Perguruan Tinggi Negeri jalur UM, pembayarannya pun masih nggantung entah bisa bayar atau tidak, tapi anak itu tak ada raut muka sedih atau pesimis. Ceria, ya, sekali-kali dia bercanda dengan salah satu tim advokasi.
Siangnya, dia masuk kembali ke ruang advokasi, menanyakan status permohonannya, apakah sudah di-acc? Aku menjawabnya belum, karena Pak Rektor sedang rapat. Aku juga menanyakan kembali tentang kemampuan untuk membayar Rp 11.611.000. Kepala Sekolahnya gimana? Dia menjelaskan, Kepala sekolah sudah dihubungi, namun agar lebih jelas dia memintaku untuk menjelaskan sendiri kepada Kepala Sekolahnya. Kemudian aku menjelaskan sejelas-jelasnya dan beliau menanggapi dengan tenang bahwa hal ini akan dibicarakan dulu dengan pihak sekolah. Belum ada keputusan. Ya, itulah kesimpulan dari pembicaraan dengan Kepala Sekolah Master. Lalu aku mengajak anak Master ini masuk ke ruang advokasi agar lebih nyaman.
Aku melihat seorang kawan, dia Wakil Presiden BEM KM, ternyata dia membawa sebuah koran dan di halaman awalnya ada berita tentang anak Master itu seperti yang aku liat di berita online tadi. Langsung segera aku menyampaikan padanya bahwa anak itu sudah ada disini. Kebetulan dia hendak menghadap Pak PR 3 dengan urusan lain, aku minta aja dia untuk menjelaskan kasus ini agar ada kebijakan keringanan dari beliau. Ternyata hasilnya, Pak PR 3 menyarankan untuk mengajukan keringanan. Lalu keringanan yang seperti apa? Bukannya sebelum ini juga pernah ada namun kenyataannya susah? Aku mendesah pelan.
Menjelang waktu ashar, si anak Master itu mengatakan padaku ada seorang ibu yang menelponnya dan mengajak buka puasa bersama. Entah siapa dia aku tak tau. Katanya, mungkin ibu itu dapet nomor hp nya dari pihak koran yang memuat beritanya. Terus mau ngapain? Apa mau membantunya dengan menjadi donatur? Entah. Dan waktu sudah sore, tim advokasi harus sudah bubar dan dilanjutkan esok hari. Dan aku masih tetap terpikir tentang anak Master itu, semoga Allah memberikan jalan keluar untuknya.

Selasa, 7 Agustus 2012.
'Kak, maaf tanya lagi. Hari ini saya ke rektorat lagi atau gimana? lalu untuk pembayarannya sudah di acc belum?' begitu sms nya padaku. Aku belum membalasnya. Kemudian dia menelponku, mengatakan bahwa dia sudah mau membayar tapi tagihan di bank belum berubah. Aku kaget, mau bayar? Uang dari mana? Katanya, dia akan jelaskan nanti di rektorat, dan akhirnya kita janjian ba'da dzuhur di rektorat. Subhanallah, Allah memang Maha Berkuasa atas segala kehendak-Nya, kemudahan itupun Dia limpahkan padanya. Seorang ibu baik hati telah mendonasikan sejumlah uang yang tidak sedikit, sebelas juta rupiah ia berikan kepadanya. Aku benar-benar trenyuh. Kok bisa? Memangnya beliau ini siapa? Apa ada maunya ya? Ah masa sih. Tapi 11 juta bukanlah nominal yang sedikit. Ah aku harus husnudzon. Mungkin memang ibu ini ingin membantunya dengan tulus. Karena bagaimanapun juga dengan uang 11 juta merupakan keajaiban baginya. Aku menunjukkan senyum bahagia padanya, alhamdulillah. Dan akupun melihat rona bahagia yang luar biasa pada wajahnya. Subhanallah, bahkan aku tak bisa melukiskan bagaimana suasana hatiku saat itu atas karunia Allah yang maha dahsyat.
"Tapi kak, ini kurang 611.000. Yang harus dibayar kan 11.611.000", katanya. Aku ingat untuk pengangsuran dua kali maka jatuhnya adalah 11.611.000. Itu aturan bakunya. Kuusahakan untuk membantunya agar bisa membayar sesuai dengan yang ia punya, kemudian aku menghadap Pak PR 2, aku ceritakan kondisinya sedetail mungkin. Alhamdulillah semua teratasi, Pak PR 2 dengan bijaksana mengurangi tagihan pengangsuran pertamanya, bahkan kurang dari 11 juta. Alhamdulillah, rona bahagia kembali kulihat dari wajahnya. Dan akhirnya iapun mampu menyelesaikan pembayaran hingga registrasi ulang mahasiswa baru.

Subhanallah. Lagi-lagi aku bertasbih pada-Nya.
Tidak ada yang tak mungkin bagi Allah. Selalu ada jalan keluar bagi hamba-Nya yang senantiasa bertawakkal kepada-Nya.
Lagi-lagi akupun banyak belajar, dari segala ketidakberdayaan, kekurangan dan keterbatasan. Namun selama azzam senantiasa melekat dalam jiwa, ikhtiar semaksimal mungkin dan doa yang tak pernah terlupakan, maka tunggulah Allah akan memberikan kabar gembira yang akan menentramkan jiwa..
Jangan pernah behenti berharap, kejar mimpimu!! :)


dia/nya: Muhammad Irvan. lulus tahun 2012 dari SMA Master Depok. Mahasiswa Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Semarang, Angkatan 2012.


ditulis dengan penuh rasa syukur
diselesaikan di Hotel Santika Semarang

Selasa, 14 Agustus 2012

Dua Satu


Terimakasih Allah atas nikmat-Mu hingga detik ini aku masih bisa bernapas bebas, menikmati segala fasilitas-Mu yg tak terkira pada hidup ini, dan menghirup sisa-sisa usia yg masih Engkau amanahkan padaku. Ternyata kata syukur dekat dengan amanah yg harus ditunaikan. Terimakasih kepada orang-orang tersayang yg senantiasa menguatkanku hingga mampu berdiri seperti ini. Dan terimakasih pula kepada semua pihak yg telah mendoakan baik secara langsung maupun tidak :)
Jazakumullahu khoiron katsiron. Semoga keberkahan dari Allah senantiasa melimpah atas kita semua. aamiin :)

(Status facebook 14 Agustus 2012) 



Minggu, 29 Juli 2012

Ada Rasa

Ada rasa yang perlu dilatih saat pertemuan itu dimulai..
Ada rasa yang mengalir lembut saat visi-visi itu mampu menuju titik yang sama..
Ada rasa yang menggelora saat setiap kesempatan yang hadir mampu diisi dengan kerja-kerja nyata, meski sederhana..
Ada rasa yang menbuncah saat kebersamaan dan senyuman menjadi kesan yang amat mendalam..
Ada rasa yang (entah) tak terdefinisikan saat perpisahan menjad akhir sebuah pertemuan..
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan..
Bagaimanapun juga itu bagian dari sebuah keniscayaan..
Memahami, akan melahirkan sikap dewasa dan menyimpulkan hikmah-hikmah yang indah sehingga perpisahan adalah awal pertemuan yang jauh lebih mempesona..


@ Rumaisha Studio 3

Filosofi Kader Militan

Jika ada seribu orang yang berjihad di jalan-Nya, maka jadilah satu di antaranya. Jika ada seratus orang yang berjihad di jalan-Nya, maka jadilah satu di antaranya. Jika ada sepuluh orang yang berjihad di jalan-Nya, maka jadilah satu di antaranya. Dan bila hanya ada satu orang yang berjihad di jalan-Nya, maka jadilah yang satu orang itu.

Kullukum roo’in wa kullukum mas’uulun ‘an ro’iyatihi (Setiap kader adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan merupakan calon pemimpin bagi orang lain).

Tantangan dan beban dakwah semakin hari semakin besar dan rumit. Banyak di antara kader yang mulai “melebur” serta berbalik haluan dan pergi entah ke mana. Kini, kader militan itu pun dirindukan oleh lingkungannya. Sebuah sosok yang tetap bertahan dalam menjaga integritas serta tetap istiqamah di jalan dakwah.
1. Filosofi Padi
Tegak di saat muda dan merunduk di saat tua. Padi berbuah beras yang mengandung kalori yang merupakan sumber tenaga. Begitu pun kader militan yang tumbuh tegar dan menatap masa depan di saat muda serta merunduk di saat semakin tua dan berisi. Ia senantiasa tawadhu dengan ilmu-ilmu yang dimilikinya serta mampu menggerakkan anggota dan menularkan semangatnya.
2. Filosofi Pohon Pisang
Kader militan ibarat pohon pisang yang senantiasa tumbuh dan berbuah tanpa mengenal waktu. Begitu batangnya dipotong, ia akan tumbuh lagi dan terus tumbuh sebab baginya kematian tidak dihadapi dengan kepasrahan, tetapi disiapkan dengan menumbuhkan pohon dan buah yang baru.
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya” (QS. Al-Baqarah: 154)
Bila kita telah mengambil suatu peran sebagai kader militan, maka kematian bukanlah hal yang perlu ditakutkan. Kader militan akan mempersiapkan dirinya dengan amal shalih, ilmu yang bermanfaat, anak shalih, generasi kader penerus yang taat serta bermanfaat bagi masyarakat. Justru kematian merupakan hal yang sangat dirindukan untuk bisa langsung berjumpa dengan Sang Kekasih hati.
3. Filosofi Pohon Durian
Akarnya menghujam ke dasar tanah dan batangnya menjulang ke langit serta memberikan buah durian di setiap musim dengan seizin Allah. Akarnya yang tertimbun sangat dalam menyatakan bahwa kader militan memiliki konsep ilmu dan pemikiran yang cukup baik sehingga tidak mudah goyah dengan lingkungan sekelilingnya. Tak hanya itu, kader militan juga dapat mencetak pribadi-pribadi unggul dan tangguh layaknya buah durian.
4. Filosofi Rahilah
“Manusia itu seperti seratus unta yang nyaris tak ditemukan satu rahilah (unta tunggangan yang siap memikul beban di dalamnya)” (H.R. Bukhari).
Rahilah merupakan unta beban, kuat dan cepat jalannya. Unta ini sangat sedikit jumlahnya, kurang dari satu persen. Begitu pun kader militan, jumlahnya memang sedikit, tetapi mereka akan menjadi inti dan penentu dalam suatu kelompok.
5. Filosofi Lebah
Rasulullah SAW bersabda:
“Dan perumpamaan mukmin itu ibaratkan lebah. Ia hinggap di tempat yang baik dan memakan yang baik, tetapi tidak merusak” (H.R. Thabrani)
Lebah merupakan pribadi yang kokoh, mandiri, percaya diri serta memiliki sengatan sebagai media pertahanan diri. Begitu pun kader militan yang memiliki prinsip hidup, kuat melindungi diri dari kezhaliman serta berani memperjuangkan kebenaran. Lebah juga merupakan hewan yang dinamis, kreatif dan inovatif yang mampu membuat rumah di berbagai kondisi tempat, baik itu gunung, pepohonan, maupun di gua-gua. 

Begitu pun kader militan yang sanggup bertahan dan di tempatkan di kondisi mana pun. Lebah menjadi pelopor perubahan, yakni selalu siap, peduli dan profesional dalam melayani serta membantu penyerbukan pada bunga dan tumbuhan. Kader militan selalu siap peduli pada dimensi sosial kemasyarakatan dan senantiasa menebarkan kemanfaatan.
Terkadang, memang butuh waktu dan persiapan yang ekstra dalam meningkatkan kapasitas diri untuk menjadi kader yang militan. Namun yakinlah, selama keyakinan itu masih menghujam dan bersemayam di hati, maka Allah akan selalu mengarahkan kita untuk memperoleh hidayah-Nya. Teruslah berjuang karena surga itu manis, sehingga terkadang kita harus melalui pahitnya pengorbanan untuk mendapatkannya.

Re-post from Juli Trisna Aisyah Sinaga


Karena Allah Cinta

Cinta. Tentu saat kita berpikir tentang cinta maka yang yang terlintas adalah sesuatu yang indah. Cinta, serasa hidup selalu bahagia dengannya. Hari-hari penuh dengan bahagia, tawa, suka cita. Cinta bak siraman air yang menyuburkan tanaman-tanaman kebahagiaan. Subur, dengan bahagia. Namun, pikiranku berhenti pada memori tentang sebuah kesakitan. Rasanya aku tak kenal bahagia. Air mata seakan ingin tumpah bersama dengan kesulitan-kesulitan yang menghimpit dan mengaburkan kata bahagia. Kesulitan-kesulitan itu hadir sebagai momok yang sungguh menakutkan yang harus dihindari. Menjauh dari mereka, bahkan berlari kencang agar mereka tak mampu untuk mendekat lagi dan mata ini pun tak akan melihatnya lagi. Sungguh, rasanya cinta yang sudah dipupuk seakan hancur seiring 'kejutan' mengerikan itu hadir. Mengikis, melebur bersama rasa keputusasaan.

Pernahkah kita merasa demikian?
Aku berpikir dalam hati. Kesulitan, kenapa engkau hadir? Enyahlah, pergilah, tak usah kau ganggu rasa bahagia ini. Aku membatin. Bukankah kesulitan juga adalah cinta? Cinta dari Sang Ilahi yang Maha Pemilik Cinta. Benarkah begitu?

Allah Dzat Pemilik Cinta. Dia memiliki cara lain untuk menunjukkan cinta-Nya, serta untuk menguatkan cinta hamba-Nya. Allah tak lantas membiarkan kita memangku tangan setelah cinta kita miliki. Allah tak langsung membiarkan kita hidup enak begitu saja tanpa kerja keras. Karena Allah mencintai kita dengan sebegitu hebatnya, hingga cintaNya hadir dalam berbagai wujud. Karena Allah mencintai kita dengan jarak yang begitu dekat, hingga kadang itu membuat kita merasainya dengan sangat jelas meski tak terlihat. Karena Allah ingin kita menjadi sosok pecinta yang sempurna, yang tidak hanya menerima utuh cinta tanpa usaha mendapatkannya. Allah memberikan cinta begitu besar pada kita sebagian, namun kita melihatnya telah utuh. Padahal sisanya Allah cicil lewat setiap kesulitan dan kemudahan yang berkejaran dalam hari-hari kita selanjutnya. Kesulitan memberikan kita kesempatan membuktikan cinta kita pada-Nya, karena saat kesulitan hadir tak jarang manusia menjadi begitu lemah dan akhirnya lupa bahwa ada Allah yang adalah sebaik-baik penolong.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. [QS. Al-Baqarah (2) : 286].

Apapun yang Allah bebankan kepada makhluk-Nya, sesulit apapun itu, pasti tidak melebihi kadar kesanggupan makhluk-Nya. Kadar kesanggupan? Kata 'sanggup' ini adalah akibat dari sebuah kerja. Ayat diatas menuntut sebuah usaha seorang makhluk sehingga ia sanggup menghadapi kesulitan apapun yang menghampirinya. Kadar kesanggupan ini dilihat dari tiga hal:
  1. Azam yang kuat
  2. Iltizam (komitmen untuk menyelesaikan masalah)
  3. Tawakkal
Begitulah Allah membungkus sebuah kesulitan dalam balutan cinta. Allah tidak menghadirkan kesulitan tanpa hikmah yang indah, karena di balik kesulitan atau ujian Allah mengjaari kita menjadi hamba yang memiliki azam, iltizam dan bertawakkal. Dan pada hakikatnya, ujian dari Allah hadir untuk mengukur kadar keimanan hamba-hamba Nya. Jika mampu melewatinya, maka keimanannya bertambah dan semakin tinggi keimanan seseorang maka semakin tinggi pula ujiannya. Namun sebaliknya, jika belum mampu melewatinya, maka ujian atau kesulitan yang sama akan terus hadir hingga kita mampu melewatinya. Bak seorang mahasiswa yang mendapatkan nilai E pada sebuah ujian akhir, maka iapun harus mengulangi ujian dengan kadar yang sama.

Hadapilah setiap kesulitan dengan penuh harap cinta kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah akan mengiringkan bersama kesulitan adalah kemudahan. Sepaket. bukan kesulitan dahulu baru kemudahan. Maka, bersemangatlah dalam setiap kesulitan, pandanglah dengan mata cinta. Karena dengan cinta maka kita akan melihat bahwasanya bersama kesulitan ada kemudahan. Janji Allah itu pasti.

Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. [QS. Al Insyirah (94) : 5-6]

Ya, sekali lagi, Allah hadirkan kesulitan karena Allah cinta.


@ Rumaisha studio 3
Menghabiskan waktu 'habis-habisan' sebelum meninggalkan Rumaisha

Kalender Akademik TA 20012/2013 Universitas Diponegoro

Nah ini nih Kalender Akademik TA 2012/2013 Universitas Diponegoro. Semoga bermanfaat, wa bil khushush bagi yang masih kuliah di tahun 2012/2013 ini. Termasuk saya. Semangat!! ^^

http://www.ft.undip.ac.id/index.php/component/content/article/1605.html

Senin, 23 Juli 2012

Keluarga Pelangi (in memories 2011) *Part 1

Iseng-iseng buka folder foto-foto di laptop, terus buka folder BEM -> Keluarga Pelangi. Lucu, keren, memorable banget.
Mau berbagi sedikit foto-foto kenangan bersama Keluarga Pelangi nih. Suatu Keluarga 'tahun ketiga' sejak aku menginjakkan kakiku di Kampus Diponegoro ini.

Gambar di bawah adalah gambar Kabinet Keluarga Pelangi. [dari kiri] Reza (Presiden), Ganis (Wapres), [ke bawah dari kiri] Puspa (Sekre 1), Via (Sekre 2), Nisa (Litbang), Akbar (Litbang), Diba (Ka.Litbang), Hauli (Litbang), Indras (Litbang), Ayu (Bend 1), Nana (Bend 2), [ke bawah dari kiri] Arsyil (Ka.BSO Scijou), Lutfy (Mentri Dagri), Wulan (Mentri Kesma), Teguh (Mentri PO), Puput (Mentri NIC), Tia (Mentri Ekobis), Handoyo (Mentri Dimas), Yodha (Mentri PSDM), Hanif (Kadiv SEO).

Nah kalo foto di atas ini pas abis upgrading hari pertama..
Kalo yang bawah ini upgrading hari kedua.. Outbond!!
hayuk makan dulu.. hmmm yummi, kenyang kenyang kenyang :D


Sabtu, 21 Juli 2012

Juli : Bulan Uji Nyali

Setiap bulan selalu ada yang 'spesial'
Tentu!
Pada setiap bulan juga selalu ada semangat tersendiri dalam mengarungi hari-hari di dalamnya
and this month..
ini adalah bulan Juli, dan menginjak pada hari ke-21.
Juli -> Bulan Uji Nyali.. Benarkah???

Aku sering membuat kata-kata semangat untuk tiap bulan. Misal April kemarin, April Berhasil. Lalu Juni kemarin, Juni Berani. Mencari akhiran huruf yang sama sehingga terlihat menjadi kata penyemangat dan optimisme yang luar biasa. Kata-kata ini aku tuliskan dengan indah di Time Table (sebuah papan agenda month period ^^)

Lalu untuk bulan Juli ini, entah apakah aku salah memilih kata penyemangat ataukah bagaimana Allahua'lam. Juli Uji Nyali. Awalnya biasa saja, ya wajarlah Uji Nyali wong awal Juli ini UAS, cocoklah sebagai sarana menguji diri. Karena aku juga menargetkan semester ini mampu meraih IPK tiga koma sekian. Meskipun cuma ada empat mata kuliah tapi aku sangat optimis ada peningkatan yang signifikan. Oke kembali lagi dengan 'Uji Nyali'. Lalu berakhirlah UAS ku pada tanggal 12 Juli. Ternyata kata Uji Nyali ini bagaikan doa yang kemudian 'terkabulkan' padaku. Mujarab! Tanggal 11 - 25 adalah masa advokasi mahasiswa baru (maba). Banyak kisah menyentuh yang aku rasakan saat melayani advokasi maba. Inget dib! ini taruhannya adalah kesempatan kuliah mereka. Kamu juga turut ikut campur menentukan mereka bisa kuliah atau tidak. Kataku dalam hati. Sampai akhirnya ada seorang maba mengirim sms padaku dan meminta bantuan untuk diadvokasi lantaran tak ada biaya dan berasal dari keluarga yang sangat menengah ke bawah. Meskipun bukan aku yang mengalami namun rasanya seperti hampir larut dalam kehidupannya apalagi setelah itu ia selalu menanyakan perkembangan advokasi-an nya tiap hari, dan ia pun hampir menyerah saja untuk menunda kuliah jika memang ia tidak bisa mendapat keringanan. Wuaah rasanya hatiku benar-benar nggak karuan. Ya Allah, apa mungkin ini adalah Uji Nyali pertama yang tak terduga untukku???

Tidak sampai disini saja. Pada hari sebelumnya, tepatnya tanggal 10 Juli, ada pesan maasuk. "Dek Di, hari ini ada waktu kosong jam berapa?", tanya seorang mba di tempat lain. Akupun menjawab dan akhirnya kuputuskan jam sekian untuk menemuinya. Subhanallah, ternyata ada 'tugas' baru menghampiri. Wajar saja aku kaget, 'tugas' lama aja belum kelar malah ada yang baru. Inilah Uji Nyali yang kedua. Namun dengan penjelasan panjang kali lebar kali tinggi beliau menyakinkanku. Dengan pertimbangan macam-macam dan juga kemaslahatan bersama (cieee) akupun mengiyakannya. Allahu Robbi, ini adalah amanah dari-Mu. Tanggung jawabku semakin bertambaaaaahh. Bismillah niatkan hanya umtuk Allah semata.

11 Juli 2012. Aku ada janji bertemu dengan sebuah keluarga di daerah Perumahan Tembalang Pesona Asri. Seorang ibu itu adalah kakak sepupu dari adik kelasku di Matematika Undip. "Anggap saja ini adalah proyek bagi diba. Sebagaimana proyek, diba harus punya target tiap bulan. Jika target itu tidak tercapai ya berarti diba nggak berhasil. Perlu ada evaluasi dari itu semua." kata bapak dari dua putra SD kelas 1 dan SMP kelas 1. Aku tertegun. Sepertinya ini adalah Uji Nyali yang ketiga untukku."Ohya, ini kan anak laki-laki semua, diba ya harus sabar juga menghadapi mereka. Anggap saja tantangan buat diba. Saya juga yakin, diba juga ada niat ibadah untuk ini." Aku mencerna semua yang dikatakan beliau baik-baik di dalam otakku. Ya, ini tantangan plus ibadah. Mengajar baca tulis huruf Al-Quran pada mereka yang notabene laki-laki dan 'sangat aktif'. Bismillah semoga barokah!

Hari ini, hari Sabtu. Sudah lima hari, rasanya masih sama, sakit, ngilu, pusing, pegel. (Apa coba ni?). Allah mengujiku dengan sakit akibat tumbuh gigi geraham paling belakang, kalo dalam dunia kesehatan lebih dikenal dengan gigi geraham bungsu. MasyaAllah sakitnya luar biasa. Sakit begini nih yang kemudian berefek kepala pusing, leher pegel, susah ngunyah makanan, makan enak pun jadi nggak enak. Subhanallah yah. Ya inilah Uji Nyali yang keempat.

Sepertinya masih ada Uji Nyali lain yang tidak bisa kutuliskan disini. Kata Uji Nyali ini memang mujarab banget nget nget. Dan bulan Juli belum berakhir, sabar dib, Uji Nyali selanjutnya akan datang lagi. T_T

Hmmm.. Terlepas dari apapun, yang pasti semua ini adalah ujian dari Sang Maha Pengasih. Dia menguji hamba-Nya bukan tanpa sebab dan hikmah. Pasti ada dan mereka masih tersembunyi dibalik ketidaknyamanan sebuah ujian. Ujian ada untuk menaikkan derajat kita di hadapan-Nya. Jika kita lolos maka kita akan naik tingkat dan akan menemui ujian yang lebih berat lagi. Jika tidak lolos maka kita akan mengulang ujian yang sama lagi. Tinggal terserah kita mau pilih yang mana, berusaha untuk lolos atau tidak. Begitulah hidup. Allah tidak menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Dan batas kemampuan ini ada tiga faktor yang menentukan: azzam, iltizam dan tawakkal. Maka biarlah ujian itu datang pada kita karena semakin besar ujian semakin besar pula kualitas kita. Hadapi dan tuntaskan!!! dan jangan lupa untuk tetap SENYUUUUUM :) :) :)

Jumat, 20 Juli 2012

Taujih_2

Jumat, 6 Juli 2012, saat mengantar adek ke sebuah pesantren di Jawa Tengah..
Memasuki asrama putri, subhanallah ruangan yang sangat sederhana, mungkin inilah yang kemudian para santri diajarkan untuk zuhud dan belajar kekeluargaan :)

Aku memandangi dinding di ruang utama, sepertinya memang digunakan untuk sholat berjama'ah, mengaji, makan bersama, ataupun hal-hal lain sebagai sarana untuk menambah tsaqofah dan meningkatkan rasa moroqobah ilallah..
Dan akupun terpesona saat membaca bebarapa baris kalimat di dinding itu, rasanya makjleb :D

ini dia:

"Jangan terpesona oleh wajah dunia yang merona. Hiduplah cahaya keyakinanmu, maka engkau akan melihat betapa semua yang tampak dihadapanmu adalah fana. Waktu berjalan begitu cepat dan akhiratpun begitu dekat. Lihatlah dunia ini lebih cermat maka hatimu tak kan tergoda dan terpikat. Semua keindahan dunia ini semu, wajarlah bila engkaupun mudah jemu. Jadikan Allah sebagai tujuanmu agar langkahmu makin cepat. Janganlah pernah hadir di hadapanNya terlambat sebab cahaya kehidupanmu bisa terhambat"

"Renungkanlah! Setiap kesempatan isilah dengan perilaku yang menyehatkan. Engkau abai bila membiarkan waktumu bebas lepas. Engkau lemah bila hanya sebab sedikit rintangan engkau tak berani hadapi tantangan. Benahi dirimu segera agar kekecewaan dan kegelisahan tak mendera. MenghadapNya tak butuh berhitung, sebab kemurahanNya juga tak terhitung. MenemuiNya tak perlu waktu luang sebab setiap saat Dia datang. Yang menyibukkanmu adalah yang mengkhawatirkanmu. Yang menghalangimu adalah kebiasaanmu sendri. Pertemuan denganNya padahal tak pernah menyita waktu banyak sebanyak kesibukanmu dengan selainNya. Engkau hanya malas hingga engkau tak menganggap waktumu luas. Engkau hanya enggan hingga rintangan kecil saja membuatmu tak bangkit dan bersegera meniti perjalanan. Berdzikirlah!"

Subhanallah, kata-kata yang begitu indah.. penuh inspirasi, sarat makna dan semangat yang menggelorakan!

Aku Tetaplah Aku

Sebuah coretan, sebuah goresan dari alam pikiran..

Kamis, 12 Juli 2012.

Bismillah..
Bagaimanapun kelanjutan kisah ini, "aku" akan tetap menjadi "aku"
Nantikan di episode selanjutnya.. ^_^

Bagaimanapun juga, Allah begitu menyayangiku..
Allah memberiku kesempatan menyelami banyak hal, begitu dalam..
Memandang dari kacamata yang luas, menyikapi dengan dewasa..
Entah apa yang akan terjadi nanti, aku serahkan pada-Nya..
Tugasku adalah belajar dan tetap istiqomah dalam syariat-Nya..
InsyaAllah ada hikmah yang begitu indah..

Ya, mungkin inilah perjalanan itu, perjalanan yang akan terus menerus memaknai arti belajar.. Entah bagaimanapun, rasanya tak pantas jika tak mensyukuri semua ini. Menyelami dua lautan yang luar biasa, tentu banyak pelajaran yang bisa diambil sebagai bahan penambah tsaqofah, dan tentunya semakin memperkuat siapa diri ini. Meskipun, tak mampu dipungkiri kadang terjadi benturan, karena sama-sama kuat dan tangguh, atau justru karena lemahnya..

Allahu Robbi Ya Rohman Ya Rohim, aku hanya ingin menikmati semua hal ini, yang senantiasa membuatku yakin untuk tetap melangkahkan kaki ini. 'semuanya' bisa kah? Ya Allah, pahamkankan aku atas segala hal yang masih dangkal bagiku, hingga aku berharap akan memandangnya dengan pandangan iman yang sesungguhnya, indah dan damai. Ya Allah, aku yakin pada setiap ketetapan-Mu, maka berkahkanlah atasku dan kami semua, dan hati-hati kami pun lapang atas segalanya nanti.

Ya Allah, tetapkan hatiku, mantapkan aku di atas segala keraguan yang menghimpit pikiranku, tunjukkanlah pada kebenaran yang Engkau ridhoi..

Jumat Barokah, insyaAllah..

Jumat Barokah, insyaAllah!
Tepat satu minggu yang lalu. Tanggal 13 Juli 2012, tentunya tepat hari jumat. Ada yang spesial di hari jumat ini. Ah tidak hanya jumat, setiap hari selalu ada yang spesial, ya mungkin sesuatu yang bisa diambil hikmahnya.
Sekitar pukul 09.00 aku melangkahkan kakiku dari Rumaisha menuju kantor birokrat Undip, yup Rektorat. Ada dua gadis yang baru kukenal lewat sms menungguku disana. Salah satu dari mereka mengirim sms padaku menanyakan aku dimana. 10 menit kemudian aku sudah memarkirkan motorku di tempat parkir rektorat dan kemudian memasuki rektorat. “saya sudah masuk gedung rektorat lt 1”, aku me-reply demikian. Aku duduk di kursi yang seharusnya diduduki oleh ‘para penunggu’. Tidak lebih dari 1 menit ada dua gadis berjilbab rapi menghampiriku, menyalamiku dan sepertinya ragu-ragu ingin menyapaku. Aku hanya tersenyum dan mencoba menebak “hayoo siapa?”. “mba diba ya..”, salah satu dari mereka berucap. “iya.. sini duduk dulu”, jawabku dan mempersilahkan mereka duduk. Aku mengamati mereka, dua mahasiswa baru undip 2012 asal Kudus, berjilbab rapi, yang satu berjilbab warna merah muda yang satunya lagi warna coklat tua. Aku tahu jelas kedatangan mereka kesini. Aku menarik nafas pelan dan berusaha memilih kata yang tepat sebagaimana dua hari sebelumnya. Kemudian sebagai pembukaan aku menanyakan satu hal kepada mereka. “kalo saya kan daftar bidikmisi mba” jawab yang berjilbab merah muda. “kalo saya nggak daftar mba, ini saya sudah bawa berkas-berkas yang harus dilengkapi, sudah lengkap mba” jawab yang berjilbab coklat tua. Dia memberikan berkas-berkas itu padaku dan akupun membukanya. Ada surat keterangan tidak mampu, fotokopi katu keluarga, fotokopi rekening listrik, foto rumah dan lain-lain. “begini dek, kalo yang sudah daftar beasiswa bidikmisi untuk sementara tidak perlu bayar, jadi nanti langsung saja bisa registrasi ulang tanggal 2 – 10 Agustus ya. Kalo yang tidak mendaftar bidikmisi namun mengalami kesulitan dalam membayar uang masuk, ada kebijakan dari Undip yaitu pengangsuran, jadi... bla bla bla” aku menjelaskan secara lengkap tentang pengangsuran biaya SPMP. “gimana dek?” aku meminta tanggapan padanya. “gimana ya mba, jujur ibu saya kesulitan jika harus membayar segini (total biaya yang harus dibayar tanpa pengangsuran-red), mungkin bisa diusahakan untuk membayar tanpa SPMP meskipun sebenernya susah juga”. Aku menatapnya, tidak ada wajah sedih ataupun sebaliknya, dia tidak malu menceritakan kondisi sebenarnya. Sebenarnya aku sudah tahu jelas kondisinya melalu sms sebelum bertemu, lengkap pula dengan kondisi keluarga. Aku diam sejenak lalu aku membawanya ke ruang dalam yang biasanya dilakukan wawancara oleh Tim Advokasi. “dek, berkasnya kan sudah lengkap, tapi dari kami ada form yang perlu diisi” kataku sambil memberikan dua form untuk diisi padanya.
Aku melihat jam di handphone ku. 09.24 terlihat jelas di layar hp-ku. Aku mendesah pelan. Entah sudah berapa kalimat istighfar aku ucapkan amat pelan. Mencoba tidak panik dan aku mengambil berkas-berkas yang menumpuk agar segera di bawa ke Pak PR 2 untuk di-disposisi. “dek, saya tinggal ke PR 2 dulu ya. Form nya diisi dulu, nanti insyaAllah saya kesini lagi”. “iya mba, maaf ya merepotkan” jawab mereka. Aku balas dengan senyum, lalu mengganti jaket dengan jas almamater, lalu melangkahkan kaki dengan cepat menuju ruang PR 2 di lantai 2. Tepat sesuai dugaan, aku harus menunggu dapat giliran menghadap orang paling sibuk untuk momen seperti ini. Kembali menatap jam hp. Jam 10.00. Sudah banyak sms masuk menanyakan aku sedang dimana. Ya Allah. Sambil menunggu giliran aku keluar ruangan PR 2 melihat kondisi di bawah apakah ada yang isa menggantikan aku, sepertinya tidak! Semuanya juga sedang sibuk dengan job masing-masing. Kalimat istighfar kembali kuucap. Hingga akhirnya aku memutuskan meng-sms kawan satu komisi, meminta tolong untuk menggantikan aku, berharap semoga ada waktu luang. Alhamdulillah dia bisa meskipun harus menunggu hampir 15 menit.
Jam 10.30 aku meninggalkan ruang PR 2. Akupun kembali ke lantai 1 mengingat aku sudah janji ketemu dengan dua mahasiswa baru tadi. “Gimana dek? Sudah diisi semua?”. Ia menyerahkan berkasnya lengkap form yang sudah diisi. Berbincang lumayan lama juga, ditambah memotivasinya dan menguatkannya. “Ini yang bisa kami usahakan dek, ya semaksimal mungkin, namun nanti hasilnya Pak PR 2 yang memberi keputusan. Kita sama-sama berdoa saja ya, semoga dimudahkan. Semoga Allah pun melimpahkan rizqinya..”. Hampir 10 menit aku berani memutuskan apa yang harus aku tuliskan di berkas itu untuk membantunya. Bismillah, ucapku dalam hati. Setelah itupun aku menyarankan sebuah kosan Islami (wisma-red) untuk salah satu dari mereka yang sudah pasti masuk Undip karena mendaftar bidikmisi. Aku menghubungi temanku untuk menjemput mereka. Jam 10.45. “saya duluan ya dek, maaf nggak bisa nganter lihat-lihat wisma, ada agenda soalnya. Assalamu’alaikum..” Aku berpamitan pada mereka, menyalaminya dan melemparkan senyum.
Aku melangkah ke parkiran rektorat. Menarik nafas panjang. Ya Allah, semoga Engkau bukakan pintu kemudahan-Mu untuknya, doaku dalam hati.
Jam 10.50 aku sampai pada sebuah wisma. Banyak motor sudah terparkir di depannya. “assalamu’alaikum.....” aku memasuki ruang tamu. Wa’alaikumsalam. Alhamdulillah nyampe juga. Wah sampai-sampai masih pake almamater. Duh Bu Senat nih, hehe. Mau dipijitin yang mana? Ah kayaknya pikirannya yang dipijitin, hehe. Beberapa kawanku mengucapkan demikian sambil senyum. “afwan ya..” aku hanya bisa mengucap kata ‘afwan, kata maaf dalam bahasa arab. “Oke, ayuk berangkat”, kamipun berangkat ke sebuah tempat. Ya rihlah, sebuah sarana untuk refreshing, merefresh serta mencharge ruhiyah dan semangat, di sela-sela kehidupan dunia yang begitu melelahkan.
Ngrembel Asri. Sebuah tempat di kawasan Gunung Pati. Baru kali ini aku datang ke tempat itu. Tempat pemancingan, tempat rekreasi, tempat bermain, tempat outbond, kebun binatang, dan tentunya tempat untuk berfoto ria, hehe. Aku membiarkan diriku beserta pikiranku bebas, biarkan saja diri ini bersantai dan bertafakur terhadap alam ciptaan-Nya beserta segala isinya yang begitu indah. Tenang dan damai. Terdengar riak-riak air di sebuah kolam ikan yang cukup luas. Terlihat ular cantik berwarna kuning yang dikurung agar tidak membahayakan pengunjung. Dan masih banyak binatang-binatang lain yang sengaja menjadi obyek wisata di Ngrembel Asri. Oh ya, di Ngrembel Asri bertemakan ikan, tentunya, karena makanan atau menu utama di Ngrembel Asri adalah ikan, aku beserta ‘rombongan’ pun menikmati gurame bakar yang sungguh menggoda lidah. Alhamdulillah, yummi :)

Seluruh rangkaian ‘refreshing’ ini sesungguhnya adalah dalam rangka melingkar (namun tidak simetris :D). Masing-masing dari kami membacakan sebuah surah dalam Al-Qur’an secara bergantian dengan metode tasmi’ (yang satu membaca tanpa melihat yang lain menyimak) begitu seterusnya. Alhamdulillah serangkaian ‘refreshing’ dilalui dengan baik. Supply energi ruhiyah beserta khotirot-khotirot yang menjernihkan hati. Syukurku pada Allah atas segala nikmat-nikmat yang begitu luar biasa.

ya Allah.. jernihkan hati ini, kuatkan pijakan ini..
aku tahu janji-Mu pasti :)

Minggu, 01 Juli 2012

here we are

begaya deh si dika, ana sama fiki..

hmmmmm

ini nih si amik yang udah gede, banyak yang ngefans katanya -__-

ini pas silaturrahim ke rumah budhe..


Sabtu, 30 Juni 2012

Alhamdulillah Lengkap

29 Juni 2012
sekitar pukul 16.30
Berpetualang kembali dengan revi-ku yang setia menemani. Yap, berpetualang menyusuri jalur pantura menuju kota kelahiran. Namun tidak semulus jalan seperti biasanya, daerah Ngaliyan, macetnya masyaAllah, ternyata jalur dari arah lawan sedang diperbaiki sehingga jalur kiri penuh dengan dua arah kendaraan yang lewat. MasyaAllah kesabaran benar-benar diuji. Hampir 45 menit terperangkap dalam macetnya Ngaliyan. Berefeklah masuk kabupaten Kendal pas maghrib. Sempet terucap di dalam hati, "ya Allah, udah maghrib baru nyampe Kendal, baru kabupatennya lagi, nyampe rumah jam berapa ini?", sempet ketar-ketir karena hampir seluruh perjalanan ini akan ditemani dengan gelapnya malam dan hiruk pikuknya kendaraan bermacam-macam, dari motor sampe truk gandeng, belum lagi jalan yang belak-belok dan naik turun. "Hey!! bukannya kamu udah biasa temenan sama truk gandeng? bukannya tiap kali pulang-pergi bareng?" hatiku berbisik demikian. Tapi ini kasusnya beda, biasanya pagi atau sore, atau gak malem tapi udah nyampe Batang kota yang cukup 20 menit udah nyampe rumah, lah ini baru nyampe Kabupaten Kendal. "Tenang tenang, ya Allah lindungilah perjalanan hamba", hatiku berbisik lain menenangkan.

Alhamdulillah, perjalanan lancar, nyampai rumah sekitar pukul 19.30. Tiga jam! yah nggak papalah sekali-kali begini ^^. Alhamdulillah udah nyampe rumah dengan selamat.

Di rumah.. my sweety home.. alhamdulillah lengkap, nggak biasanya lengkap, kurang satu my brother, momen seperti ini semenjak dua tahun yang lalu begitu jarang ditemui, biasanya ada saat momen akhir Ramadhan dan Idul Fitri. Alhamdulillah ya Allah. My father, my mother, my brothers and my sisters.

30 Juni 2012
Bermain, bercanda, tertawa bersama dengan adik-adik.
Melihat senyum polos bahagia tiga adikku yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar saat bercerita UAS mereka mendapat rangking lima besar.
Bercerita, mendengar nasihat dari orang tua.
Bercerita dan mendegar cerita dua adikku yang sudah remaja.
Ternyata semua sudah berubah, waktu memang sudah berjalan begitu cepat. Perubahan adalah sebuah keniscayaan, namun perubahaan yang lebih baik adalah pilihan. Dan aku melihat cahaya terang itu.

Ya Allah Ya Robbana, Engkau yang Maha Pengasih dan Penyayang, lindungilah kami, berkahilah kami, sehatkanlah kami, lancarkanlah rizqi orang tua kami, lancarkanlah urusan kami, perkuatlah ikatan kami, jadikanlah kami orang-orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Mu. aamiin..


@ FARRA's home
sebuah rumah sederhana


Jumat, 22 Juni 2012

Pernahkah Anda Menangis???

Pernahkah anda menangis?

Jika menangis, apakah puncak dan sebabnya?

Menangis adalah fitrah manusia tetapi sebab tangisan akan memberikan harga dan nilai tersendiri. Allah yang menciptakan ketawa dan tangis. Banyak air mata mengalir di dunia ini.

Sumbernya dari mata, mengalir ke pipi terus jatuh ke bumi. Mata itu kecil namun ia tidak pernah kering. Ia berlaku setiap hari tanpa putus-putus. Seperti sungai yang mengalir ke laut tidak pernah berhenti. Kalaulah air mata itu terkepung, seperti air hujan, banjirlah dunia ini.

Menurut Ibnul Qayyim ada beberapa jenis tangisan antaranya ialah:

1. Menangis kerana kasih sayang dan kelembutan hati.
2. Menangis kerana rasa takut.
3. Menangis kerana cinta.
4. Menangis kerana gembira.
5. Menangis kerana menghadapi penderitaan.
6. Menangis kerana terlalu sedih.
7. Menangis kerana terasa hina dan lemah.
8. Menangis untuk mendapat belas kasihan orang.
9. Menangis kerana mengikut-ikut orang menangis.
10. Menangis orang munafik yakni pura-pura menangis.

Ada jenis tangisan nampak biasa sahaja tetapi air mata yang mengalir itu dapat memadamkan api neraka. Ini disahkan oleh Nabi SAW dalam satu hadis.

Rasulullah bersabda, maksudnya:

“Tidaklah mata seseorang menitiskan air mata kecuali Allah akan mengharamkan tubuhnya dari api neraka. Dan apabila air matanya mengalir ke pipi maka wajahnya tidak akan dikotori oleh debu kehinaan, apabila seorang daripada suatu kaum menangis, maka kaum itu akan dirahmati. Tidaklah ada sesuatu pun yang tak mempunyai kadar dan balasan kecuali air mata. Sesungguhnya air mata dapat memadamkan lautan api neraka.”

Tangisan yang dimaksudkan ialah tangisan kerana takut kepada Allah. Menangis kerana menyesal atas kesalahan dan dosa, malah tangisan takut kepada azab Allah sangat bernilai di sisi-Nya sehingga air mata itu boleh memadamkan api neraka.

Salman al-Farisi r.a berkata, sahabat-sahabatku menangis atas tiga perkara, yaitu: Berpisah dengan Rasulullah dan kalangan sahabat. Ketakutan seorang yang perkasa ketika melihat malaikat Izrail datang mencabut nyawanya. Aku tidak tahu sama ada aku akan diperintahkan untuk ke syurga atau neraka.

Ada juga jenis air mata yang tidak bernilai di sisi Allah, malah kadangkala mendapat kemurkaan Allah. Antaranya menangis tengok filem Hindi serta menangis sehingga meratap dan memukul badan, malah merobek pakaian apabila ada kematian.

Tanda air mata rahmat sebagaimana diterangkan Rasulullah SAW:
Jagalah mayat ketika kematiannya dan perhatikanlah tiga perkara, yaitu.
1. Apabila dahinya berpeluh.
2. Air matanya berlinang.
3. Hidungnya keluar cecair.

Simpanlah air mata tangisan itu semua sebagai bekalan untuk menginsafi segala kecuaian yang melanda diri, segala dosa berbentuk bintik hitam yang menggelapkan hati hingga sukar untuk menerima hidayah dari Allah SWT. Justru, serulah air mata itu daripada persembunyiannya di sebalik kelopak mata, agar ia menitik, membasahi dan mencuci hati, sehingga ia putih kembali dan semoga ia dapat meleburkan dosa dan mendapat keampunan-Nya. aamiin.

Senin, 18 Juni 2012

Taujih_1

Saudaraku..
Jika mengalami cobaan sepanjang sungai hendaknya kesabaran seluas samudera
Jika memiliki harapan seluas hamparan hendaknya ikhtiar seluas langit yang membentang
Jika pengorbanan seluas bumi hendaknya keikhlasan seluas jagad raya
jadikan Allah sebagai sandaran, jadikan allah sebagai tujuan, dan jadikan Allah sebagai tempat berharap..


sebuah taujih dari seorang sahabat. Subhanallah, begitu mengena, begitu terasa hingga ulu hati..
menenangkan, menyejukkan, mendamaikan.. memang benar, Allah adalah segalanya. Dialah tujuan, tempat berharap dan memohon pertolongan..

Selasa, 12 Juni 2012

Dan Izinkan Aku Menangis Di Jalan Indah Ini

Izinkan aku menangis Ketika rasa bosan menyapa dan menghampiri di jalan nan indah ini, mungkin ini sebuah kejaran fluktuatif iman atau inilah sekumpulan mengudaranya uap yang dihasilkan dari luapan air kelalaian yang mendidih di atas api keluhan. Banyak pelajaran-pelajaran besar yang dapat kita peluk untuk dijadikan sebuah geliat teladan hidup.

Izinkan aku menangis sejenak bersama lantunan sendu tilawahku. Berusaha menemukan kembali sesuatu yang telah raib di dada ini. Kadang memang keterkesanan merupakan sebuah muwashafat jiwa yang berangkulan bersama kerja-kerja cita cinta yang agung.

Izinkan aku meneteskan air mataku di kala pertemuan-pertemuan syahdu dalam kebersamaan shalatku. Karena terkadang kita seperti berada di hutan belantara, tersesat terseok-seok mencari jalan keluar dari berbagai hembusan-hembusan ujian keimanan yang menerpa tak kenal waktu. Namun sesungguhnya pertolongan itu selayaknya begitu dekat ada di dalam shalat yang seharusnya jiwa dan raga yang berdiri tegap dalam menghamba sepenuh dan sebenar-benar penghambaan.

Ada sebuah titah untuk setiap insan, ada kebebasan yang ini diberikan kepada kita namun tak Cuma-Cuma karena ada bayaran yang harus kita keluarkan dari apa yang akan kita perbuat yaitu semua dibayar dengan senyum-senyum sumringahnya rasa syukur dan pertanggungjawaban kelak di pengadilan tertinggi di hadapan yang maha tinggi. Namun kebanyakan kita selalu menghilangkan kesadaran kita tentang pembayaran itu bak si pengutang yang lupa akan utangnya. Ada harga yang harus kita tunaikan atas segala anugerah yang menyertai sepanjang hidup ini. Dan bisa jadi inilah jalan indah yang mampu membayar karena inilah jalan yang berhakikat perniagaan yang paling dan sangat menguntungkan.

Masihkah aku harus menangis yang di dalamnya lekang bukan tangisan bersama derapan langkah menuju sang zat penggenggam jiwa ini. Bukankah di jalan nan indah ini akan banyak kita temui tangisan-tangisan memilukan jiwa. Namun sepertinya tak perlu kau rasakan kesakitan itu yang terlahir dari kesalahpahaman interaksi bersama para pejalan lain di jalan indah ini.

Namun hal penting yang harus kita bangun adalah terjaganya kita dan bangkit setelah menangis. Di jalan nan indah ini tak sejatinya bukan di isi oleh golongan hamba-hamba penikmat candu-candu ekslusifitas tertipu dalam ritual abadi mereka. Karena sang teladan ketika ia pernah di berikan semilir angin surga ketika melakukan perjalanan horizontal dan berlanjut dengan langkah vertikal di episode Isra mi’raj perjalanannya hanya sebatas waktu ketika bumi terlelap dalam selimut gelap dalam semalam saja. Sang uswah harus turun kembali ke bumi tempat dimana peperangan terus bergulir sampai akhir zaman. Ada tebasan pedang suci yang harus di ayunkan mengalahkan kekejian tingkah-tingkah keangkaramurkaan.

Dan di jalan yang indah ini cukuplah kita menjadi para penunggang kuda di siang hari dan menjadi rahib di malam hari. Terlahir untuk mensenyumkan hidup dan mati dan hidup lagi di alam kekal dengan senyuman kekal. Bergerak bersama semangat para pendahulu kita merekalah murid-murid berprestasi di sekolah tarbiyah Rasulullah generasi yang bercahaya menjadi mutiara generasi terbaik sepanjang jalan.

Selembut dan sebijak As Siddiq si pemandu pasca Rasulullah yang kelak posisinya paling dekat dengan Rasulullah di surga, setegas Umar sang perubah langkah periode dakwah terang-terangan yang kelak meminang bidadari edisi special, sepemalu Utsman yang malaikat pun malu padanya dan suami dari dua putri Rasulullah, seberani Ali karamallahu wajhah ketika mengayunkan sang dzulfiqor ia pun menjadi si pencicip pertama dan pelanggan sebuah telaga di surga. Ada juga sahabat yang matinya menggetarkan arrasy, Hanzalah yang jasadnya dimandikan malaikat, Ja’far yang kedua lengannya putus dan syahid kelak tangannya bersayap hijau sepasang sayap yang mampu membawanya melintasi pelosok keluasan surga, Bilal si mantan budak hitam yang suara terompahnya terdengar mendahului Rasulullah di surga, juga sang Azzahra si pemimpin wanita surga, dan banyak lagi yang lainnya. Maka terlahirlah kita menjadi muslim di mana di sinilah jalan indah akan kita mulai. Tumbuhlah menjadi generasi rabbani dan kelak mati bersama selimut kesyahidan.

Dan izinkan lah sejenak kita menangis teruntuk air matanya membasuhkan luka dan kotoran meluluhkan noktah hitam dalam kalbu. Maka bergegaslah menjadi paling militant dalam mengemban tugas ilahiyah bersama bekal warisan sang Rasul, mewarisi akhlak para nabi. Dan akhirilah tangisan-tangisan ketika kita terlahir ke dunia biarkan mereka yang kita tinggalkan menangisi kita namun kita menyunggingkan senyuman indah bersama getaran nafsul muthmainah di ujung kehidupan di dunia ini. Menjejakkan langkah-langkah terbaik di bumi dan melangitkan cita di tempat tertinggi dalam dekapanNya.

-------------------------------------------------------------------------------------

Sumber : http://www.dakwatuna.com/2012/06/20974/dan-izinkan-aku-menangis-di-jalan-indah-ini

Kamis, 31 Mei 2012

"Kok jarang keliatan?" (hah??)

Rabu, 30 Mei 2012
kuliah "pendalaman" Statistika Matematika.

Pukul 10.05 Pak Darno sudah siap dengan gayanya yang amat khas. Aku memasuki ruangan kelas yang tergolong lumayan luas dibanding kelas lain. Ruang B.103, ruang yang sering dipakai untuk kegiatan organisasi mahasiswa selain untuk kuliah. Aku memilih tempat duduk di baris tengah, tak di depan tak juga di belakang. Tengok kanan kiri nyari teman seangkatan, yah ketemu deh. Salah satu dari mereka sedang mengerjakan sesuatu, seperti suatu pekerjaan yang tak asing bagiku.
"eh fif, kamu ngerjain apa to?", tanyaku padanya.
"laporan praktikum aktuaria", jawabnya singkat karena sepertinya dia sedang fokus mengerjakannya.
"apa?", tanyaku lagi, sepertinya terdengar sayup-sarup kata laporan aktuaria.
"laporan aktuaria dib", jawabnya lagi.
"hah? aktuaria? emang ada praktikum kok bikin laporan?", tanyaku lagi meyakinkan diri.
"ono lah dib, lha iki lho", jawabnya dengan logat bahasa jawa, meyakinkanku sebuah realita -_-
"hah? coba liat! eh emang kapan praktikume?", tanyaku polos.
"kamis wingi"
"yaaah, kok ora ono sing ngabari aku sih??"
"iyo toh, halah kowe ki aktivis profesional og"
"halah opo sih? aktivis aktivis", kataku, menunjukkan bahwa aku gak suka akademik dikaitkan dengan kegiatan organisasiku -_-
"wis, kowe ki mending mlebu jurusan organisasi wae dib"
"opo maneh"

Kata-kata temenku ini pada awalnya bikin aku kesel, apa-apaan masalah akademik dikaitkan dengan organisasi. Yah kemaren nggak ikut praktikum karena nggak ada yang ngabarin, jarkom nggak ada, yah mungkin karena angkatan tua (tingkat akhir-red) jadi kesannya cuma ngurusin TA, padahal mah kuliah juga masih ada.
Ngoomong-ngomong soal organisasi, yang kebetulan tahun ini diamanahkan di universitas, memang secara otomatis intensitas aktivitas non-akademik di fakultas sedikit berkurang. Kadang ada adek tingkat yang bilang secara langsung, "kok mba diba sekarang jarang keliatan di kampus?", "gimana kabarnya mba? kok gak pernah keliatan nih? ciee sibuknya.." dan bla bla bla masih banyak kalimat-kalimat dari adek-adek tingkat ataupun temen-temen yang seangkatan bahkan senior.

Menanggapi berbagai pernyataan yang terlontar untukku, ada beberapa hal yang bisa aku simpulkan:
1. Ternyata ada yang merindukan keberadaanku di fakultas. (hehe, narsis)
2. Tidak boleh melupakan kegiatan fakultas, adek-adek ini butuh banyak diskusi, apalagi kalo sekarang sudah di tataran universitas, adek-adek butuh transfer dari universitas, sehingga menyamakan frekuensi, tidak boleh ada yang ketinggalan.
3. Ini nih yang tak kalah penting juga, jangan anggap remeh akademik.
4. Orang lain mungkin tidak tahu apa yang sedang kita alami, mungkin kita menganggapnya fine-fine aja, tapi orang lain melihat dari aktivitas kita. Ketika ada yang lemah dari akademik, maka mereka akan menyimpulkan bahwasanya "akademik turun karena organisasi". Na'udzubillah.
5. Tawazzun lah!

Oke, akan menjadi catatan penting bagiku. Tetap jalankan akademik dengan maksimal, jalankan amanah dengan profesional, dan budayakan diskusi terutama dengan adek-adek sehingga muncul geerasi-senerasi baru yang lebih handal..


@ Rumaisha Studio 6
saat mata ini belum bisa terpejam, seiring polemik yang sedang terjadi di sekitar..

Senin, 28 Mei 2012

Setidaknya Kita Pernah Bertemu Disini

Sore hari itu,
saat sang mentari berarah menuju ufuk barat
bersiap untuk beristirahat
melanjutkan episode kehidupan yang lain
memohon ijin dengan lembut sinarnya di sore itu
sinarnya begitu menghangatkan
lalu menyejukkan
hingga seakan ingin berlama-lama merasakannya

hey tunggu
lihatlah langit di ujung timur sana!
bukankah itu pelangi?
bagaimana mungkin
pelangi itu hadir secara tiba-tiba kala sore itu
hujan pun tak menyambutnya
rintik-rintik airnya pun tak mengawalnya
bukan begitu!
Sang Pencipta tak mungkin menghadirkanya secara tiba-tiba
ia sudah menjadi kehendak-Nya
menjadi bagian cerita yang sudah Dia tetapkan

aku memandangnya
ada energi luar biasa yang terpancar darinya
menguatkan
melembutkan
percaya diri
semangat
sebuah asa
tentang harapan
bertahan
lalu masa itu datang
bergulir
ya, kala sore itu
bulir-bulir hangat itu menetes
sama rasanya dengan hangatnya sore itu
dan ia pun menghilang bersama sore yang lembut
entah sepertinya ada yang masih tertinggal
namun biarlah tak apa
karena setidaknya kita pernah bertemu disini..


@ Rumaisha studio 6
sebuah puisi singkat tak beraturan, acak-acakan, tertuang seketika tanpa berpikir panjang, sedikit ingin menumpahkan ombak-ombak kecil yang menggulung hebat di alam pikiran, mungkin tentang masa itu..

Senin, 21 Mei 2012

Hening kembali

hening
berfikir
bersama dengan ketidakpastian
namun pasti dalam genggaman-Nya
mengalun sunyi dalam hati nurani
mencari titik-titik pembenaran
atas apa?
rasanya tak pantas menerka
atas gejala yang telah menunjukkan
bagaimana tidak?
bayangan-bayangan itu
merangkai simfoni keindahan dalam kacamata maya
namun seakan menjadi nyata dalam episode selanjutnya

benar
biarlah menjadi pelangi dalam dinamika yang rumit
memohon keberkahan yang melimpah mengalirinya
salah
biarlah tetap menjadi pelangi
yang akan mewarnai luasnya langit Ilahi
tetap menjadi rahasia-Nya yang telah ditetapkan

kembali hening
berkata dalam diam
merangkai bait-bait kata pengharapan
memuji-Nya, beristighfar, memohon
hingga hati inipun dilapangkan
atas segala ketetapan-ketetapan Nya
yang telah tertulis dengan tinta-tinta Ilahiyah dalam Lauhul Mahfudz

Allah
Engkaulah Maha Lembut
Lembutkanllah dalam setiap "hingar bingar" yang menuntut kata ikhlas
juga pada setiap jejak yang memantulkan bayangan sebuah rasa yang kompleks

Allah
Engkaulah Maha Mengetahui
setiap kata bahkan rasa yang tak terucap
hingga dasar hati yang paling dalam
dan dalam diam yang bermakna

Allah
Engkaulah Maha Menetapkan
atas segala apa yang Kau Kehendaki
biarlah kemudian cinta menghiasi tiap ketetapan-Mu
menjadi ungkapan rasa syukur yang tak hanya sebuah kata
dan teriring kelapangan yang meluas

cukup Allah saja
yang menjadi pemilik dan pembuka rahasia...


@ Rumaisa studio 6
saat memandangi dan merasa