Kamis, 29 Mei 2014

Di Langit Sana..

"Nothing to say..
Just keep it in  your heart..
Allah knows what's the best for you..
Maybe not now..
But someday..
What a beautiful moment!"

 
Langit masih terdiam dengan anggunnya.
Tak ada gemuruh hebat terdengar, mungkin ingin mengadu.
Namun tidak.
Tenang, sunyi, khusyu' bersama lembutnya awan yang bersahabat.
Pun dengan satu bintang terang itu.
Ia tersenyum cantik.
Menggodaku untuk terus menatapnya.
Ia mengedip lentik.
Mengajakku untuk bercerita bersama. 
Sebentar saja.
Malam yang begitu harmoni.
Kupikir begitu.
Aku amat menikmati harmonisasi malam itu.
Dan aku membalas senyumnya.
Membalas senyum tersirat dari ciptaan-Nya yang berhasil 'berkuasa'.
Oh, ternyata mereka ingin berkata.
Tentang mimpi, tentang harapan.
Ya, aku mengerti.
Akupun kembali tersenyum.
Energinya membuat tubuhku seakan lebih ringan.
Dan hatiku menjadi luluh.
Ah kau pandai sekali.
Bahkan daun-daun tunduk mengakuinya.
Bergerak berirama.
Ah malam...
Kau beruntung sekali.
Tapi tenang saja.
Aku bukan iri. Tentu bukan.
Justru kau meyakinkanku.
Tentang mimpi, tentang harapan.
Suatu hari nanti.



25 Mei 2014
@Ungaran
Menit-menit setelah qiyamullail. Hanya sebentar.
*Mungkin kita sedang menatap bintang yang sama. Mungkin.


Sabtu, 17 Mei 2014

Jumat, 16 Mei 2014

Tidak Perlu




Mungkin kau hanya ingin tahu
Ya sekedar ingin tahu saja
Atau mungkin hanya ingin memastikan
Meyakinkanmu bahwa firasatmu benar
Atau bagaimana?

Jika itu rasa ingin tahumu
Bagaimana jika firasatmu salah?
Bukankah itu akan mengecewakan?
Dan kau hanya akan menjadi korban keterburu-buruan

Aku rasa
Itu tidak perlu
Karena kita sedang berada dalam ke-belum-pastian
Masih ada peristiwa-peristiwa yang harus kita lewati
Hingga akhirnya Allah membawa kita pada titik itu
Dan kau akan menerima jawaban-jawaban atas segala pertanyaanmu


Tidak perlu menerka
Tidak perlu menjadi 'sok tahu'
Ah tidak perlu

Tidak perlu
Lagi-lagi tidak perlu
Ini hanya masalah waktu
Bersabarlah, saudariku



 Allah akan beri kejutan indah untukmu :)





10.13
@Khansa Studio 5

Selasa, 06 Mei 2014

Rindu

Pagi ini, cuaca amat cerah. Matahari seperti biasa menampakkan sinarnya. Tak ada indikasi mendung pagi ini. Ah lihat saja, semua memang benar-benar seperti biasanya..


Kau pun begitu. Kau memulai pagi ini seperti biasa. Qiyamullail beberapa rokaat, tilawah menunggu adzan shubuh, sholat sunnah dua rokaat, shubuh dan al-ma'tsurat berjama'ah, melanjutkan tilawah. Kemudian hingga detik ini, kau masih di depan layar laptop. Entah apa yang kau kerjakan, seakan pekerjaanmu sudah menjadi duniamu. Pagi ini kau sibuk sekali dengan laptopmu dan beberapa lembar kertas penuh dengan tulisan tangan. Katamu itu adalah salah satu deadline mu pekan ini. Harus dieksekusi pekan ini! Bahasamu begitu. Salah satu deadline? Ya, kau bilang masih ada lembaran-lembaran kertas dengan tulisan ketikan juga deadline pekan ini. Belum lagi, dengan tulisan yang harus kau buat dilaptopmu sampai akhirnya harus kau print. Ah, kau sibuk sekali. Apa kau tidak jenuh? Katamu jenuh itu manusiawi, kau alihkan kejenuhanmu dengan browsing, entah baca artikel atau  buka-buka media sosial yang kau punya. 

 

Tapi, saat kutatap matamu. Aku bertanya, "Apa kau baik-baik saja? Apa yang kau rasakan?" Kau jawab, "Aku baik-baik saja", dan kau tersenyum padaku. Tapi kau tak bisa berbohong padaku. Ada yang kau sembunyikan bukan? Ah iya, aku kembali bertanya, "Kau ingin pulang?" Aku menanyakan ini mengulang pertanyaan (mirip) yang pernah ayahmu smskan padamu beberapa hari yang lalu. Kau hanya diam, namun air matamu membuatku mengerti. Sesekali terlihat kau ingin menahan air matamu, tapi kubilang biarlah, menangislah, biar kau lega, biar tak ada rasa sesak di dada. Kau merindukan ayahmu bukan? Kau merindukan ibumu dan adik-adikmu juga bukan? Kau hanya menceritakan semua ini pada Allah. Ah sekarang aku mengerti.

 

Apalagi saat pagi ini. Ada pesan singkat dari ibumu yang isinya menuliskan bahwa ayahmu sedang sakit. Aku tau saat ini kau menangis tersedu. Aku benar bisa merasakannya. Kau pernah cerita, ayahmu kadang bisa sampai sakit jika sedang rindu dengan anaknya. Mungkin rindu ini yang sedang dirasakan oleh ayahmu, seperti rindumu padanya. Tapi kau bilang, mungkin rindunya lebih besar. Mungkin sms ayahmu beberapa hari yang lalu adalah sebuah ekspresi kerinduannya padamu. Ah akupun tak kuasa menahan air mataku ketika kulihat air matamu terus mengalir. Aku ingat, kau pernah cerita bahwa keluargamu sedang mendapat ujian. Namun ayahmu selalu menghadapinya dengan tegar. Katamu ayahmu selalu berhusnudzon kepada Allah, katanya Allah selalu mendengar doa-doa hamba-Nya yang selalu dekat pada-Nya, makanya ayahmu selalu berpesan agar kau tak jauh pada-Nya. Yang selalu kau ingat dari pesan ayahmu adalah: 

 

'Kalau mau urusan dunia beres maka urusan dengan Allah juga harus beres dulu' 

 

Ah luar biasa sekali ayahmu. Kau juga bilang ayahmu orang yang baik. Ayahmu selalu bersikap sopan kepada orang lain. Kau juga bilang ayahmu adalah orang yang dermawan. Ayahmu pernah membiayai sekolah tetanggamu karena orang tuanya tak mampu menyekolahkannya. Ayahmu juga tetap berbagi  rezeki meski yang kalian punya hanya sekedar cukup. Ya ceritamu tiap Idul Fitri. Ah aku bisa merasakan betapa kau ingin ayahmu baik-baik saja. Tapi kini Allah masih terus mengujinya dengan berbagai ujian hingga akhirnya ujian sakit. 

 

Pulanglah. Aku menasehatimu begitu. Tengok ayahmu. Aku yakin ayahmu amat merindukanmu dan amat ingin mengetahui keadaanmu. Kau amat merindukannya juga bukan???


09.45
Saat rindu terakumulasi
Ditemani Lagu Ayah-nya Ada Band feat Gita Gutawa
@Khansa Studio 5