Jumat, 15 Agustus 2014

Selamat Memaknai Hidup!






Bagaimana ini??? Entah bagaimana ia bisa menyembunyikan segala resah di hatinya. Senyumnya mengisyaratkan bahwa ia baik-baik saja. Tenang saja! Dia ini gila atau apa?? Ahh, nasibnya sedang di ujun tanduk. Tapi? Dia masih saja bersikap seakan tak ada kekhawatiran apapun. Biarkan saja! Biarlah, sepertinya ia hanya butuh suasana yg tenang saja. Ya Allaah...
Hari sudah mendekat. Keresahan itu semakin menguat. Senyum seakan terasa hambar. Mulai gelisah. Dan hati terasa begitu kasar. Apa yang terjadi? Sudah! Kau tak perlu bertanya. Jika kau mengerti kau pasti akan memahamiku. Lihat! Air matanya telah tumpah. Begitu deras. Terdengar sesenggukan sehingga suaranya terbata-bata. Suara? Apa yang ia katakan? Ia sedang mengatakan apa yang ia rasakan. Tapi.. ada yang ia sembunyikan. Bukan karena ia tak mau, namun kali ini karena tak ingin membebani. Biar kini ia yang merasa, bahkan menanggungnya.
Air mata belum mengering, masih mengalir deras, bahkan semakin deras. Ia hanya ingin merasakannya sendiri. Baginya ini adalah kesalahannya. Jadi, biarkan saja ia yang menanggungnya sendiri. Salah siapa??? Jika ia menyadarinya lebih awal maka tidak akan terjadi kejadian seperti ini. Sudahlah. Penyesalan selalu datang terlambat. Seharusnya ia sadar, ia telah mengecewakan. Sungguh mengecewakan!

Namun.. tersenyumlah hari ini. Setidaknya untuk orang-orang yang telah memberikan secuil bahagia dan menguatkan harapanmu. Hari ini...

============================================================

Penyesalan
Selalu datang terlambat
Kau pasti tahu bagaimana rasanya
Perih
Menyedihkan
Tapi kau perlu tahu
Jika ia tak datang terlambat, bagaimana kita akan belajar?
Kadang kita harus menghargai penyesalan
Agar kita semakin menghargai hidup
Agar kita semakin menghargai orang-orang yang mencintai kita
Agar kita semakin menghargai diri kita

Maka di usia mu yang sudah cukup dewasa ini. Dua puluh tiga tahun. Bermuhasabahlah. Mohon ampun atas segala dosa dan kelalaian yang telah kau buat. Astaghfirullahal’adziim...
Ya Allah Ya Ghofaar.. ampuni hamba-Mu yang kerap lalai ini. Hamba penuh dengan dosa. Ya Allah Ya Rohman Ya Rohiim.. sungguh aku mengharap kasih dan sayang-Mu. Tanpa kasih sayang-Mu aku tak kan mampu menghadapi semua ini dengan tegar, dengan senyum penuh keyakinan. Ya Allah.. tiada kata terhenti kuucap dan kuharap pada-Mu. Semuanya terangkum indah dalam doa.

Selamat memaknai hidup!



Jalan Urip Sumoharjo V/188 Medono Pekalongan
14 Agustus 2014
21.00
Dengan penuh syukur..

Selasa, 17 Juni 2014

Ijinkan Aku Berbakti *by Dhohar Mizan Amali

Ijinkan Aku Berbakti

perasaan baru kemarin,
aku menikmati harumnya minyak
kayu putih
hangatnya minyak telon.

perasaan baru kemarin,
kamu menggendongku menyayikan
belalang kupu-kupu
memapahku mengajari cara berjalan.

perasaan baru kemarin,
kamu memelukku saat aku bangun
dari mimpi buruk
menjagaku saat aku demam
bak malaikat yang selalu membuatku
tentram

kamu adalah pohon rindang
tempatku berteduh dari kejamnya sengatan
mentari
memetik buah cinta kasih
gunung yang tak pernah tidur menjagaku
telaga tempatku meminum seteguk
hikmah kehidupan

kini sekarang, umur memisahkan kita
dengan hampran luas samudra hindia
milik Ar-Rahman
untuk memetik selembar-dua lembar daun ilmu tuhan
menggali permata-permata Ad-Diin
mencari secuil-dua cuil syariat Illahi

maka dari itu,
izinkan aku mencoba membeli sorga telapak kakimu
di sisa umurku ini
dengan perangku melawan kebodohan
dengan semenit-dua menit doaku di sepertiga malam
izinkan aku berbakti,
dengan secuil ilmu yang ku miliki
dengan pangkat gelar sarjana yang paspasan
izinkan aku mengabdi,
dengan mengamalkan setetes ilmu yang ku dapat
dari bangku sekolah, pesantren dan universitas

walaupun aku tahu, baktiku belum mampu
membayar segudang kasih sayangmu,
didikan dan nasehatmu dulu



========================================

Puisi tulisan asli dari adek tercinta yg sedang menimba ilmu di sebuah negeri di Jazirah Arab, Yaman. Entah, aku merasa puisi ini pas banget dengan suasana saat ini. Sepertinya yang kita sedang merasakan hal yang sama. Seorang anak yang sedang berusaha keras untuk membuat ayah dan ibunya bangga. Bukan. Bukan materi. Bukan status. Atau bukan karena sekedar menyelesaian kewajiban. Bukan. Tapi karena rasa ini. Cinta seorang anak yang tidak cukup untuk membayar cinta orang tua kepada dirinya. Cinta mereka yang amat tulus. Kadang diri ini merasa tidak lah mampu memberi bahagia. Atau setidaknya membuat mereka tersenyum karena ku. Ya, sepertinya penyesalan hanya akan membiaskan ketidakberdayaan. Yang aku tahu aku hanya ingin terus berusaha, berdoa dalam setiap kesempatanku menghadap Rabb ku di setiap sujud ku pun di setiap sepertiga malamku. Di sisa umurku yang masih Allah berikan. Doaku penuh harap. Harap cinta-Nya terus tercurah, rahmat-Nya terus menaungi, rizki-Nya terus melimpah, pertolongan-Nya semakin dekat, untuk mereka dua malaikatku. Dan ijinkan aku ya Rabb, mampukan aku untuk menjadi kebahagiaan mereka, yang selalu ada di samping mereka kapanpun mereka butuhkan, mengusap pilu dan peluh mereka karena beratnya perjalanan, ya Rabb.....
Ya Rabb. Engkau Tahu bagaimana rasaku. Engkau Tahu tentang semua ini.. 


 23.45
@WLW Ungaran
Saat semua rasa ini mencapai klimaksnya

Kamis, 29 Mei 2014

Di Langit Sana..

"Nothing to say..
Just keep it in  your heart..
Allah knows what's the best for you..
Maybe not now..
But someday..
What a beautiful moment!"

 
Langit masih terdiam dengan anggunnya.
Tak ada gemuruh hebat terdengar, mungkin ingin mengadu.
Namun tidak.
Tenang, sunyi, khusyu' bersama lembutnya awan yang bersahabat.
Pun dengan satu bintang terang itu.
Ia tersenyum cantik.
Menggodaku untuk terus menatapnya.
Ia mengedip lentik.
Mengajakku untuk bercerita bersama. 
Sebentar saja.
Malam yang begitu harmoni.
Kupikir begitu.
Aku amat menikmati harmonisasi malam itu.
Dan aku membalas senyumnya.
Membalas senyum tersirat dari ciptaan-Nya yang berhasil 'berkuasa'.
Oh, ternyata mereka ingin berkata.
Tentang mimpi, tentang harapan.
Ya, aku mengerti.
Akupun kembali tersenyum.
Energinya membuat tubuhku seakan lebih ringan.
Dan hatiku menjadi luluh.
Ah kau pandai sekali.
Bahkan daun-daun tunduk mengakuinya.
Bergerak berirama.
Ah malam...
Kau beruntung sekali.
Tapi tenang saja.
Aku bukan iri. Tentu bukan.
Justru kau meyakinkanku.
Tentang mimpi, tentang harapan.
Suatu hari nanti.



25 Mei 2014
@Ungaran
Menit-menit setelah qiyamullail. Hanya sebentar.
*Mungkin kita sedang menatap bintang yang sama. Mungkin.


Sabtu, 17 Mei 2014

Jumat, 16 Mei 2014

Tidak Perlu




Mungkin kau hanya ingin tahu
Ya sekedar ingin tahu saja
Atau mungkin hanya ingin memastikan
Meyakinkanmu bahwa firasatmu benar
Atau bagaimana?

Jika itu rasa ingin tahumu
Bagaimana jika firasatmu salah?
Bukankah itu akan mengecewakan?
Dan kau hanya akan menjadi korban keterburu-buruan

Aku rasa
Itu tidak perlu
Karena kita sedang berada dalam ke-belum-pastian
Masih ada peristiwa-peristiwa yang harus kita lewati
Hingga akhirnya Allah membawa kita pada titik itu
Dan kau akan menerima jawaban-jawaban atas segala pertanyaanmu


Tidak perlu menerka
Tidak perlu menjadi 'sok tahu'
Ah tidak perlu

Tidak perlu
Lagi-lagi tidak perlu
Ini hanya masalah waktu
Bersabarlah, saudariku



 Allah akan beri kejutan indah untukmu :)





10.13
@Khansa Studio 5

Selasa, 06 Mei 2014

Rindu

Pagi ini, cuaca amat cerah. Matahari seperti biasa menampakkan sinarnya. Tak ada indikasi mendung pagi ini. Ah lihat saja, semua memang benar-benar seperti biasanya..


Kau pun begitu. Kau memulai pagi ini seperti biasa. Qiyamullail beberapa rokaat, tilawah menunggu adzan shubuh, sholat sunnah dua rokaat, shubuh dan al-ma'tsurat berjama'ah, melanjutkan tilawah. Kemudian hingga detik ini, kau masih di depan layar laptop. Entah apa yang kau kerjakan, seakan pekerjaanmu sudah menjadi duniamu. Pagi ini kau sibuk sekali dengan laptopmu dan beberapa lembar kertas penuh dengan tulisan tangan. Katamu itu adalah salah satu deadline mu pekan ini. Harus dieksekusi pekan ini! Bahasamu begitu. Salah satu deadline? Ya, kau bilang masih ada lembaran-lembaran kertas dengan tulisan ketikan juga deadline pekan ini. Belum lagi, dengan tulisan yang harus kau buat dilaptopmu sampai akhirnya harus kau print. Ah, kau sibuk sekali. Apa kau tidak jenuh? Katamu jenuh itu manusiawi, kau alihkan kejenuhanmu dengan browsing, entah baca artikel atau  buka-buka media sosial yang kau punya. 

 

Tapi, saat kutatap matamu. Aku bertanya, "Apa kau baik-baik saja? Apa yang kau rasakan?" Kau jawab, "Aku baik-baik saja", dan kau tersenyum padaku. Tapi kau tak bisa berbohong padaku. Ada yang kau sembunyikan bukan? Ah iya, aku kembali bertanya, "Kau ingin pulang?" Aku menanyakan ini mengulang pertanyaan (mirip) yang pernah ayahmu smskan padamu beberapa hari yang lalu. Kau hanya diam, namun air matamu membuatku mengerti. Sesekali terlihat kau ingin menahan air matamu, tapi kubilang biarlah, menangislah, biar kau lega, biar tak ada rasa sesak di dada. Kau merindukan ayahmu bukan? Kau merindukan ibumu dan adik-adikmu juga bukan? Kau hanya menceritakan semua ini pada Allah. Ah sekarang aku mengerti.

 

Apalagi saat pagi ini. Ada pesan singkat dari ibumu yang isinya menuliskan bahwa ayahmu sedang sakit. Aku tau saat ini kau menangis tersedu. Aku benar bisa merasakannya. Kau pernah cerita, ayahmu kadang bisa sampai sakit jika sedang rindu dengan anaknya. Mungkin rindu ini yang sedang dirasakan oleh ayahmu, seperti rindumu padanya. Tapi kau bilang, mungkin rindunya lebih besar. Mungkin sms ayahmu beberapa hari yang lalu adalah sebuah ekspresi kerinduannya padamu. Ah akupun tak kuasa menahan air mataku ketika kulihat air matamu terus mengalir. Aku ingat, kau pernah cerita bahwa keluargamu sedang mendapat ujian. Namun ayahmu selalu menghadapinya dengan tegar. Katamu ayahmu selalu berhusnudzon kepada Allah, katanya Allah selalu mendengar doa-doa hamba-Nya yang selalu dekat pada-Nya, makanya ayahmu selalu berpesan agar kau tak jauh pada-Nya. Yang selalu kau ingat dari pesan ayahmu adalah: 

 

'Kalau mau urusan dunia beres maka urusan dengan Allah juga harus beres dulu' 

 

Ah luar biasa sekali ayahmu. Kau juga bilang ayahmu orang yang baik. Ayahmu selalu bersikap sopan kepada orang lain. Kau juga bilang ayahmu adalah orang yang dermawan. Ayahmu pernah membiayai sekolah tetanggamu karena orang tuanya tak mampu menyekolahkannya. Ayahmu juga tetap berbagi  rezeki meski yang kalian punya hanya sekedar cukup. Ya ceritamu tiap Idul Fitri. Ah aku bisa merasakan betapa kau ingin ayahmu baik-baik saja. Tapi kini Allah masih terus mengujinya dengan berbagai ujian hingga akhirnya ujian sakit. 

 

Pulanglah. Aku menasehatimu begitu. Tengok ayahmu. Aku yakin ayahmu amat merindukanmu dan amat ingin mengetahui keadaanmu. Kau amat merindukannya juga bukan???


09.45
Saat rindu terakumulasi
Ditemani Lagu Ayah-nya Ada Band feat Gita Gutawa
@Khansa Studio 5

Sabtu, 19 April 2014

Hanya Sejenak

 

Hanya sejenak. Hanya sebentar. Tidak lama. Kau tau itu? Aku hanya ingin menghabiskan kesempatan waktu bersamamu dengan sebaik-baiknya. Berbicara denganmu. Menatapmu dengan senyum merekah. Saling bercerita tentang apapun. Menjagamu dengan segala kemampuanku. Mendoakanmu. Karena aku tahu waktuku pasti tak akan lama denganmu.

Ada banyak hal yang ingin kusampaikan padamu. Tentang cinta dan keikhlasan. Cintaku beralasan. Aku tak ingin cintaku ini cinta asal-asalan atau sekedar keegoisan. Karena aku ingin kelak aku punya jawaban saat Sang Pemilik jiwa ini memintai pertanggungjawaban. Dan kau ini adalah bagian dari cintaku. Maka alasan itu adalah keikhlasan. Jika keikhlasan itu tak ada bagaimana mungkin semua terjadi? Akupun masih belajar tentang keikhlasan. Saat berbagai kenyataan hadir membuatku begitu perih. Saat air mata ini mengalir di suatu sudut sepertiga malam atau saat mengadu kepada Sang Kekasih.

Ya, aku ingin mencintaimu dengan penuh keikhlasan. Hingga kelak Allah mempertemukan kita di jannah-Nya..

 


11.35

Saat mengingatmu..

Yang mencintaimu karena Allah

Uhibbukunna fillah

Minggu, 02 Maret 2014

So Special!

Karena Mereka (Semua) Begitu Spesial

Hidup ini terlalu indah untuk dimiliki oleh satu orang. Hidup ini terlalu 'egois' untuk membuat setiap orang 'terpaksa' menjadi seperti dirinya. Ya, terlalu? Iya, terlalu membuat seseorang merasa bahwa dirinya sudah cukup baik untuk menjadi yang utama. Hanya dia, dan dia ingin setiap orang harus mengopinya. Namun bagaimana soal realita? Kadang seseorang tidak menyadari bahwa idealitanya ternyata bukanlah idealita yang sebenarnya. Ini adalah persoalan bagaimana ia memandang sebuah idealita yang akhirnya disebut sebagai prinsip. Secara jelas dipertanyakan sudah benarkah idealitanya? Tentang bagaimana starting point dalam menentukan sebuah idealita. Lalu tentang bagaimana menjaga kemurnian idealita tersebut. Jangan-jangan pada perjalanan beberapa langkah idealita ini hanya suatu heroik sesaat yang masih harus terus dihangatkan ulang karena dibiarkan lama sehingga menjadi dingin. Ya mungkin realitanya adalah begitu. Ada banyak aspek yang perlu dimanage ulang sehingga apa yang disebut idealita ini benar-benar betul utuh dan terjaga sampai Allah mengambilnya.



00.21
080214
@Tawangmangu

Melengkapi

Dalam sebuah kelompok, kelompok apapun itu, adalah suatu keniscayaan ada yang disebut pemimpin dan ada pula yang disebut anggota, apalagi ketika kelompok tersebut memiliki tujuan yang jelas dan kuat. Pemimpin disini adalah sosok yang akan menjadi nahkoda dalam keberjalanan kelompok tersebut, menjadi pengarah gerak jalan kelompok tersebut, dan pengambil keputusan dalam setiap persoalan. Begitu urgent nya fungsi pemimpin, maka bagaimana mungkin kelompok tersebut akan berhasil mencapai tujuannya jika tidak ada struktur pemimpin dan anggota yang jelas? Atau mungkin, ada struktur yang jelas namun fungsi itu tidak berjalan? Bisa jadi.


Oke sekarang kita berbicara soal pemimpin. Mari sebelumnya kita bersepakat bahwa adanya pemimpin dalam suatu kelompok itu amat penting dan fungsinya harus berjalan dengan baik.
Dari Zaid bin Tsabit bahwasanya ia berkata di sisi Nabi Saw, "Seburuk-buruk perkara adalah kepemimpinan." Nabi Saw pun bersabda, "Sebaik-baik perkara adalah kepemimpinan, bagi orang yang mengambilnya dengan hak-haknya. Dan seburuk-buruk perkara adalah kepemimpinan, bagi orang yang mengambilnya dengan cara yang tidak benar maka kelak hanya akan mengundang kekecewaan pada hari Kiamat." (HR. Thabrani).
Kepemimpinan yang baik adalah yang dijadikan sebagai sarana untuk terus mencari kebaikan di sisi Allah, mendekatkan diri kepada Allah, dan memberikan kebermanfaatan bagi orang banyak. Bukan untuk mencari kepopuleran atau suatu kebanggaan di sisi manusia. Karena pemimpin yang baik adalah ketika dia meyakini bahwa sesunggunya kepemimipinannya, baik dalam lingkup besar maupun kecil, pasti akan dimintai pertanggungjawabannya di yaumil qiyamah kelak nanti, sehingga pemimpin yang baik senantiasa berusaha menjadi seorang yang amanah.

Pemimpin dalam lingkup paling kecil adalah pemimpin bagi diri sendiri, ialah bagaimana kemudian kita mampu memimpin jiwa, hati dan segala anggota badan kita sehingga senantiasa berjalan lurus dan tidak menyimpang dari perintah Allah. Misalkan saja, kita memimpin lisan kita, maka kita mengatur lisan kita untuk berbicara halyang baik-baik saja, bukan sebaliknya. Selanjutnya mari kita berbicara tentang lingkup organisasi. Dalamprose  s kepemimpinan kita mengenal istilah periodisasi kepemimpinan. Ya, masing-masing pemimpin memiliki masa kepemimpinannya masing-masing pula. Dan masing-masing dari mereka tentu memiliki karakteristiknya masing-masing. Pemimpin yang satu tentu memiliki gaya yang berbeda dengan pemimpin yang lain. Gaya kepemimpinan masing-masing pemimpin itu berbeda, maka tidak bisa harus selalu disamakan. Mengapa berbeda? Ya gampangnya karena karakter per seorangan dari merekapun berbeda, meskipun tuntutan kepemimpinan itu sama (terlepas dari kondisi eksternal).

Taruhlah pemimpin pada suatu kepengurusan organisasi. Pemimpin baru akan dipilih pada saat kepengurusan baru, demikian seterusnya. Seorang pemimpin baru pasti memiliki inovasi baru yang berbeda dengan pemimpin sebelumnya. Bahkan karakter kepemimpinannyapun berbeda. Seorang pemimpin pasti tidak ingin disamakan dengan pemimpin sebelumnya. Sebagaimana saya sebutkan sebelumnya, karena masing-masing memiliki karakter pribadi  yang berbeda. Ada sebuah fenomena, ini nyata, mungkin juga sering terjadi dalam beberapa organisasi, seorang anggota suatu organisasi menyebutkan, "aku nggak suka sama mas .........., enakan mas .......... ketua kemaren, aku lebih nyaman pas kepengurusan kemaren. Apalagi mas nya cuek banget, nggak kayak ketua yang kemaren mas nya ramah suka nyapa sama perhatian". Ya memang sah-sah saja dia mengatakan seperti itu, itu hak dia, namun perkataan dia juga tidak bisa dibenarkan sepenuhnya. Ada beberapa hal yang perlu dikoreksi dari masing-masing pihak baik si ketua (pemimpin) dan anggota tersebut. Pertama. Bagi si ketua. Ketika ada anggotanya yang mengatakan begitu anggaplah sebagai kritikan dan masukan, ya ternyata begitulah yang dirasakannya tentang sikap yang selama ini si ketua lakukan. Memang sifat atau karakter itu sudah melekat pada diri, namun sebenarnya sifat dan karakter itu bisa dibangun dan dibentuk. Maka tidak ada salahnya mengubah sifat dan karakter selama itu dibutuhkan untuk kebaikan bersama. Dan selama yang dituju adalah sifat dan karakter yang lebih baik daripada sebelumnya. Namun perlu dicatat bukan berarti "menjadi orang lain", bukan begitu, saya rasa pemimpin yang baik tahu apa yang perlu diubah dari dirinya untuk menghindari kemudharatan. Kedua. Bagi si anggota. Memang benar hakikat seorang pemimpin sebetulnya adalah pelayan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Maka sangat wajar sekali ketika membutuhkan seorang pemimpin yang sempurna. Namun pertanyaannya adalah adakah sosok pemimpin yang sempurna pada saat ini? Tidak ada. Nah makanya pemimpin bukan lah Malaikat, bukan pula seorang Rasul yang ma'shum. Pemimpin adalah manusia biasa yang kadang juga khilaf. Maka jika seorang pemimpin melakukan kesalahan tugas anggota adalah mengingatkan, bukan menjustifikasi apalagi membandingkan dengan pemimpin sebelumnya. Seorang anggota juga harus menyadari bahwasanya tugas seorang pemimpin itu amatlah berat, karenanya yang dibutuhkan seorang pemimpin adalah dukungan, bantuan dan saran-saran yang mendukung.

Oleh karena itu, dalam sebuah kelompok seorang pemimpin dan anggota harus saling melengkapi. Masing-masing memiliki tugas dan fungsi yang bersinergi untuk mencapai tujuan bersama.


Ada tanggapan???
Silakan isi komentar di bawah :)


18.45
010314
@Khansa Studio 5

Hanya Modal Suka? Cukup?




Ingin berbicara soal perasaan. Ya perasaan manusia. Kabarnya sih perasaan itu tidak bisa dicegah. Tidak terkecuali perasaan suka. Siapapun berhak merasakan suka kepada siapapun atau apapun. Yang ingin kutanyakan pertama adalah bagaimana perasaan suka itu muncul? Katanya nih, suka itu muncul tanpa perlu alasan yang jelas. Rasa suka adalah anugerah indah yang Allah berikan. Rasa suka membuat hati berbunga-bunga dan bisa-bisa bikin si perasa suka senyum-senyum sendiri. Ah aku tidak sepakat dengan teori ini. Bagaimana mungkin perasaan suka tidak perlu punya alasan yang jelas. Perasaan itu juga butuh pertanggungjawaban. Lalu bagaimana bisa mempertanggungjawabkan jika alasan saja tidak punya. Jadi, aku lebih sepakat bahwa rasa suka yang benar adalah ketika ia muncul karena alasan yang benar pula. Contohnya adalah, ketika seseorang suka tilawah, kenapa? karena dia tahu bahwa tilawah adalah salah satu amalan utama yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Nah ini adalah rasa suka yang benar terhadap suatu hal. Kemudian bagaimana jika rasa suka itu untuk seseorang?

Oke, kita mulai bahas tentang suatu hal yang belum pernah aku bahas disini (hehe). Adalah perasaan suka seseorang terhadap orang lain (lawan jenis-red). Aku sampaikan lagi bahwa perasaan suka adalah fitrah setiap manusia. Setiap orang pasti pernah merasakan suka terhadap seseorang, entah itu suka, kagum, simpati atau apalah namanya. Mungkin bagi para ABG rasa suka ini tidak butuh alasan. Namun bagi kita? Oke sebelumnya aku anggap kita semua sudah cukup dewasa, ya umur sekitar 20 tahun keatas lah ya (soalnya yang nulis ini umurnya sedang menuju 23 tahun hehe). Kembali lagi yap. Jangan bermain-main dengan rasa suka. Karena dengan rasa suka itu bisa membawa kita pada kebaikan atau justru keburukan. Salah satu indikatornya adalah kapan kita menggunakannya.

Kapan. Kapan rasa suka itu muncul? Rasa suka yang benar adalah ketika kedua belah pihak berada dalam kondisi yang sudah sah, maksudnya sudah menikah. Ada kisah menarik yang dialami oleh kakak senior. Jadi beliau menikah dengan seorang laki-laki yang belum dikenalinya sebelumnya. Belum kenal lho saudara-saudara. Mereka dipertemukan dalam sebuah proses yang bernama ta'aruf. Beliau meyakini bahwa pernikahan yang mereka bangun adalah untuk da'wah ilallah, bukan karena modal suka sebelumnya. Bagaimana bisa sudah suka wong kenal saja belum. Ya mereka menikah karena kesamaan visi yang mereka miliki. Begitu sederhanakah? Oh tentu bukan hal yang sederhana. Menikah itu bukan hal yang sederhana, bukan hanya sekedar karena suka satu sama lain. Menikah itu bukan hanya modal suka. Terus berarti salah kalau sudah suka sebelumnya? Sebenarnya tidak sepenuhnya salah juga. Fenomena ini mungkin sering terjadi. Jadi yang perlu ditekankan disini adalah, rasa suka itu bukanlah yang utama dalam membangun sebuah pernikahan. Suka itu hanya penambah rasa saja. Seorang yang hendak menikah harus punya alasan yang jelas mengapa ia mau menikah dengannya? Jika hanya modal rasa suka itu terlalu duniawi. Maka menikah itu harus punya orientasi ukhrowi. Karena dengan orientasi ukhrowi tersebut, hal-hal yang bersifat duniawi akan menjadi lebih mulia di sisi Allah.

Rasa suka yang benar adalah rasa suka yang juga hadir untuk segala suasana. Dalam suasana senang ataupun tidak, rasa suka itu terus hadir bahkan semakin berkembang. Karena rasa suka itu menguatkan bukan melemahkan. Dan buatlah rasa suka itu sebagai sarana cinta kita kepada Allah SWT. Sudah siapkah dengan rasa suka itu???



08.05
020314
@Khansa Studio 5