Minggu, 29 Juli 2012

Ada Rasa

Ada rasa yang perlu dilatih saat pertemuan itu dimulai..
Ada rasa yang mengalir lembut saat visi-visi itu mampu menuju titik yang sama..
Ada rasa yang menggelora saat setiap kesempatan yang hadir mampu diisi dengan kerja-kerja nyata, meski sederhana..
Ada rasa yang menbuncah saat kebersamaan dan senyuman menjadi kesan yang amat mendalam..
Ada rasa yang (entah) tak terdefinisikan saat perpisahan menjad akhir sebuah pertemuan..
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan..
Bagaimanapun juga itu bagian dari sebuah keniscayaan..
Memahami, akan melahirkan sikap dewasa dan menyimpulkan hikmah-hikmah yang indah sehingga perpisahan adalah awal pertemuan yang jauh lebih mempesona..


@ Rumaisha Studio 3

Filosofi Kader Militan

Jika ada seribu orang yang berjihad di jalan-Nya, maka jadilah satu di antaranya. Jika ada seratus orang yang berjihad di jalan-Nya, maka jadilah satu di antaranya. Jika ada sepuluh orang yang berjihad di jalan-Nya, maka jadilah satu di antaranya. Dan bila hanya ada satu orang yang berjihad di jalan-Nya, maka jadilah yang satu orang itu.

Kullukum roo’in wa kullukum mas’uulun ‘an ro’iyatihi (Setiap kader adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan merupakan calon pemimpin bagi orang lain).

Tantangan dan beban dakwah semakin hari semakin besar dan rumit. Banyak di antara kader yang mulai “melebur” serta berbalik haluan dan pergi entah ke mana. Kini, kader militan itu pun dirindukan oleh lingkungannya. Sebuah sosok yang tetap bertahan dalam menjaga integritas serta tetap istiqamah di jalan dakwah.
1. Filosofi Padi
Tegak di saat muda dan merunduk di saat tua. Padi berbuah beras yang mengandung kalori yang merupakan sumber tenaga. Begitu pun kader militan yang tumbuh tegar dan menatap masa depan di saat muda serta merunduk di saat semakin tua dan berisi. Ia senantiasa tawadhu dengan ilmu-ilmu yang dimilikinya serta mampu menggerakkan anggota dan menularkan semangatnya.
2. Filosofi Pohon Pisang
Kader militan ibarat pohon pisang yang senantiasa tumbuh dan berbuah tanpa mengenal waktu. Begitu batangnya dipotong, ia akan tumbuh lagi dan terus tumbuh sebab baginya kematian tidak dihadapi dengan kepasrahan, tetapi disiapkan dengan menumbuhkan pohon dan buah yang baru.
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya” (QS. Al-Baqarah: 154)
Bila kita telah mengambil suatu peran sebagai kader militan, maka kematian bukanlah hal yang perlu ditakutkan. Kader militan akan mempersiapkan dirinya dengan amal shalih, ilmu yang bermanfaat, anak shalih, generasi kader penerus yang taat serta bermanfaat bagi masyarakat. Justru kematian merupakan hal yang sangat dirindukan untuk bisa langsung berjumpa dengan Sang Kekasih hati.
3. Filosofi Pohon Durian
Akarnya menghujam ke dasar tanah dan batangnya menjulang ke langit serta memberikan buah durian di setiap musim dengan seizin Allah. Akarnya yang tertimbun sangat dalam menyatakan bahwa kader militan memiliki konsep ilmu dan pemikiran yang cukup baik sehingga tidak mudah goyah dengan lingkungan sekelilingnya. Tak hanya itu, kader militan juga dapat mencetak pribadi-pribadi unggul dan tangguh layaknya buah durian.
4. Filosofi Rahilah
“Manusia itu seperti seratus unta yang nyaris tak ditemukan satu rahilah (unta tunggangan yang siap memikul beban di dalamnya)” (H.R. Bukhari).
Rahilah merupakan unta beban, kuat dan cepat jalannya. Unta ini sangat sedikit jumlahnya, kurang dari satu persen. Begitu pun kader militan, jumlahnya memang sedikit, tetapi mereka akan menjadi inti dan penentu dalam suatu kelompok.
5. Filosofi Lebah
Rasulullah SAW bersabda:
“Dan perumpamaan mukmin itu ibaratkan lebah. Ia hinggap di tempat yang baik dan memakan yang baik, tetapi tidak merusak” (H.R. Thabrani)
Lebah merupakan pribadi yang kokoh, mandiri, percaya diri serta memiliki sengatan sebagai media pertahanan diri. Begitu pun kader militan yang memiliki prinsip hidup, kuat melindungi diri dari kezhaliman serta berani memperjuangkan kebenaran. Lebah juga merupakan hewan yang dinamis, kreatif dan inovatif yang mampu membuat rumah di berbagai kondisi tempat, baik itu gunung, pepohonan, maupun di gua-gua. 

Begitu pun kader militan yang sanggup bertahan dan di tempatkan di kondisi mana pun. Lebah menjadi pelopor perubahan, yakni selalu siap, peduli dan profesional dalam melayani serta membantu penyerbukan pada bunga dan tumbuhan. Kader militan selalu siap peduli pada dimensi sosial kemasyarakatan dan senantiasa menebarkan kemanfaatan.
Terkadang, memang butuh waktu dan persiapan yang ekstra dalam meningkatkan kapasitas diri untuk menjadi kader yang militan. Namun yakinlah, selama keyakinan itu masih menghujam dan bersemayam di hati, maka Allah akan selalu mengarahkan kita untuk memperoleh hidayah-Nya. Teruslah berjuang karena surga itu manis, sehingga terkadang kita harus melalui pahitnya pengorbanan untuk mendapatkannya.

Re-post from Juli Trisna Aisyah Sinaga


Karena Allah Cinta

Cinta. Tentu saat kita berpikir tentang cinta maka yang yang terlintas adalah sesuatu yang indah. Cinta, serasa hidup selalu bahagia dengannya. Hari-hari penuh dengan bahagia, tawa, suka cita. Cinta bak siraman air yang menyuburkan tanaman-tanaman kebahagiaan. Subur, dengan bahagia. Namun, pikiranku berhenti pada memori tentang sebuah kesakitan. Rasanya aku tak kenal bahagia. Air mata seakan ingin tumpah bersama dengan kesulitan-kesulitan yang menghimpit dan mengaburkan kata bahagia. Kesulitan-kesulitan itu hadir sebagai momok yang sungguh menakutkan yang harus dihindari. Menjauh dari mereka, bahkan berlari kencang agar mereka tak mampu untuk mendekat lagi dan mata ini pun tak akan melihatnya lagi. Sungguh, rasanya cinta yang sudah dipupuk seakan hancur seiring 'kejutan' mengerikan itu hadir. Mengikis, melebur bersama rasa keputusasaan.

Pernahkah kita merasa demikian?
Aku berpikir dalam hati. Kesulitan, kenapa engkau hadir? Enyahlah, pergilah, tak usah kau ganggu rasa bahagia ini. Aku membatin. Bukankah kesulitan juga adalah cinta? Cinta dari Sang Ilahi yang Maha Pemilik Cinta. Benarkah begitu?

Allah Dzat Pemilik Cinta. Dia memiliki cara lain untuk menunjukkan cinta-Nya, serta untuk menguatkan cinta hamba-Nya. Allah tak lantas membiarkan kita memangku tangan setelah cinta kita miliki. Allah tak langsung membiarkan kita hidup enak begitu saja tanpa kerja keras. Karena Allah mencintai kita dengan sebegitu hebatnya, hingga cintaNya hadir dalam berbagai wujud. Karena Allah mencintai kita dengan jarak yang begitu dekat, hingga kadang itu membuat kita merasainya dengan sangat jelas meski tak terlihat. Karena Allah ingin kita menjadi sosok pecinta yang sempurna, yang tidak hanya menerima utuh cinta tanpa usaha mendapatkannya. Allah memberikan cinta begitu besar pada kita sebagian, namun kita melihatnya telah utuh. Padahal sisanya Allah cicil lewat setiap kesulitan dan kemudahan yang berkejaran dalam hari-hari kita selanjutnya. Kesulitan memberikan kita kesempatan membuktikan cinta kita pada-Nya, karena saat kesulitan hadir tak jarang manusia menjadi begitu lemah dan akhirnya lupa bahwa ada Allah yang adalah sebaik-baik penolong.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. [QS. Al-Baqarah (2) : 286].

Apapun yang Allah bebankan kepada makhluk-Nya, sesulit apapun itu, pasti tidak melebihi kadar kesanggupan makhluk-Nya. Kadar kesanggupan? Kata 'sanggup' ini adalah akibat dari sebuah kerja. Ayat diatas menuntut sebuah usaha seorang makhluk sehingga ia sanggup menghadapi kesulitan apapun yang menghampirinya. Kadar kesanggupan ini dilihat dari tiga hal:
  1. Azam yang kuat
  2. Iltizam (komitmen untuk menyelesaikan masalah)
  3. Tawakkal
Begitulah Allah membungkus sebuah kesulitan dalam balutan cinta. Allah tidak menghadirkan kesulitan tanpa hikmah yang indah, karena di balik kesulitan atau ujian Allah mengjaari kita menjadi hamba yang memiliki azam, iltizam dan bertawakkal. Dan pada hakikatnya, ujian dari Allah hadir untuk mengukur kadar keimanan hamba-hamba Nya. Jika mampu melewatinya, maka keimanannya bertambah dan semakin tinggi keimanan seseorang maka semakin tinggi pula ujiannya. Namun sebaliknya, jika belum mampu melewatinya, maka ujian atau kesulitan yang sama akan terus hadir hingga kita mampu melewatinya. Bak seorang mahasiswa yang mendapatkan nilai E pada sebuah ujian akhir, maka iapun harus mengulangi ujian dengan kadar yang sama.

Hadapilah setiap kesulitan dengan penuh harap cinta kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah akan mengiringkan bersama kesulitan adalah kemudahan. Sepaket. bukan kesulitan dahulu baru kemudahan. Maka, bersemangatlah dalam setiap kesulitan, pandanglah dengan mata cinta. Karena dengan cinta maka kita akan melihat bahwasanya bersama kesulitan ada kemudahan. Janji Allah itu pasti.

Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. [QS. Al Insyirah (94) : 5-6]

Ya, sekali lagi, Allah hadirkan kesulitan karena Allah cinta.


@ Rumaisha studio 3
Menghabiskan waktu 'habis-habisan' sebelum meninggalkan Rumaisha

Kalender Akademik TA 20012/2013 Universitas Diponegoro

Nah ini nih Kalender Akademik TA 2012/2013 Universitas Diponegoro. Semoga bermanfaat, wa bil khushush bagi yang masih kuliah di tahun 2012/2013 ini. Termasuk saya. Semangat!! ^^

http://www.ft.undip.ac.id/index.php/component/content/article/1605.html

Senin, 23 Juli 2012

Keluarga Pelangi (in memories 2011) *Part 1

Iseng-iseng buka folder foto-foto di laptop, terus buka folder BEM -> Keluarga Pelangi. Lucu, keren, memorable banget.
Mau berbagi sedikit foto-foto kenangan bersama Keluarga Pelangi nih. Suatu Keluarga 'tahun ketiga' sejak aku menginjakkan kakiku di Kampus Diponegoro ini.

Gambar di bawah adalah gambar Kabinet Keluarga Pelangi. [dari kiri] Reza (Presiden), Ganis (Wapres), [ke bawah dari kiri] Puspa (Sekre 1), Via (Sekre 2), Nisa (Litbang), Akbar (Litbang), Diba (Ka.Litbang), Hauli (Litbang), Indras (Litbang), Ayu (Bend 1), Nana (Bend 2), [ke bawah dari kiri] Arsyil (Ka.BSO Scijou), Lutfy (Mentri Dagri), Wulan (Mentri Kesma), Teguh (Mentri PO), Puput (Mentri NIC), Tia (Mentri Ekobis), Handoyo (Mentri Dimas), Yodha (Mentri PSDM), Hanif (Kadiv SEO).

Nah kalo foto di atas ini pas abis upgrading hari pertama..
Kalo yang bawah ini upgrading hari kedua.. Outbond!!
hayuk makan dulu.. hmmm yummi, kenyang kenyang kenyang :D


Sabtu, 21 Juli 2012

Juli : Bulan Uji Nyali

Setiap bulan selalu ada yang 'spesial'
Tentu!
Pada setiap bulan juga selalu ada semangat tersendiri dalam mengarungi hari-hari di dalamnya
and this month..
ini adalah bulan Juli, dan menginjak pada hari ke-21.
Juli -> Bulan Uji Nyali.. Benarkah???

Aku sering membuat kata-kata semangat untuk tiap bulan. Misal April kemarin, April Berhasil. Lalu Juni kemarin, Juni Berani. Mencari akhiran huruf yang sama sehingga terlihat menjadi kata penyemangat dan optimisme yang luar biasa. Kata-kata ini aku tuliskan dengan indah di Time Table (sebuah papan agenda month period ^^)

Lalu untuk bulan Juli ini, entah apakah aku salah memilih kata penyemangat ataukah bagaimana Allahua'lam. Juli Uji Nyali. Awalnya biasa saja, ya wajarlah Uji Nyali wong awal Juli ini UAS, cocoklah sebagai sarana menguji diri. Karena aku juga menargetkan semester ini mampu meraih IPK tiga koma sekian. Meskipun cuma ada empat mata kuliah tapi aku sangat optimis ada peningkatan yang signifikan. Oke kembali lagi dengan 'Uji Nyali'. Lalu berakhirlah UAS ku pada tanggal 12 Juli. Ternyata kata Uji Nyali ini bagaikan doa yang kemudian 'terkabulkan' padaku. Mujarab! Tanggal 11 - 25 adalah masa advokasi mahasiswa baru (maba). Banyak kisah menyentuh yang aku rasakan saat melayani advokasi maba. Inget dib! ini taruhannya adalah kesempatan kuliah mereka. Kamu juga turut ikut campur menentukan mereka bisa kuliah atau tidak. Kataku dalam hati. Sampai akhirnya ada seorang maba mengirim sms padaku dan meminta bantuan untuk diadvokasi lantaran tak ada biaya dan berasal dari keluarga yang sangat menengah ke bawah. Meskipun bukan aku yang mengalami namun rasanya seperti hampir larut dalam kehidupannya apalagi setelah itu ia selalu menanyakan perkembangan advokasi-an nya tiap hari, dan ia pun hampir menyerah saja untuk menunda kuliah jika memang ia tidak bisa mendapat keringanan. Wuaah rasanya hatiku benar-benar nggak karuan. Ya Allah, apa mungkin ini adalah Uji Nyali pertama yang tak terduga untukku???

Tidak sampai disini saja. Pada hari sebelumnya, tepatnya tanggal 10 Juli, ada pesan maasuk. "Dek Di, hari ini ada waktu kosong jam berapa?", tanya seorang mba di tempat lain. Akupun menjawab dan akhirnya kuputuskan jam sekian untuk menemuinya. Subhanallah, ternyata ada 'tugas' baru menghampiri. Wajar saja aku kaget, 'tugas' lama aja belum kelar malah ada yang baru. Inilah Uji Nyali yang kedua. Namun dengan penjelasan panjang kali lebar kali tinggi beliau menyakinkanku. Dengan pertimbangan macam-macam dan juga kemaslahatan bersama (cieee) akupun mengiyakannya. Allahu Robbi, ini adalah amanah dari-Mu. Tanggung jawabku semakin bertambaaaaahh. Bismillah niatkan hanya umtuk Allah semata.

11 Juli 2012. Aku ada janji bertemu dengan sebuah keluarga di daerah Perumahan Tembalang Pesona Asri. Seorang ibu itu adalah kakak sepupu dari adik kelasku di Matematika Undip. "Anggap saja ini adalah proyek bagi diba. Sebagaimana proyek, diba harus punya target tiap bulan. Jika target itu tidak tercapai ya berarti diba nggak berhasil. Perlu ada evaluasi dari itu semua." kata bapak dari dua putra SD kelas 1 dan SMP kelas 1. Aku tertegun. Sepertinya ini adalah Uji Nyali yang ketiga untukku."Ohya, ini kan anak laki-laki semua, diba ya harus sabar juga menghadapi mereka. Anggap saja tantangan buat diba. Saya juga yakin, diba juga ada niat ibadah untuk ini." Aku mencerna semua yang dikatakan beliau baik-baik di dalam otakku. Ya, ini tantangan plus ibadah. Mengajar baca tulis huruf Al-Quran pada mereka yang notabene laki-laki dan 'sangat aktif'. Bismillah semoga barokah!

Hari ini, hari Sabtu. Sudah lima hari, rasanya masih sama, sakit, ngilu, pusing, pegel. (Apa coba ni?). Allah mengujiku dengan sakit akibat tumbuh gigi geraham paling belakang, kalo dalam dunia kesehatan lebih dikenal dengan gigi geraham bungsu. MasyaAllah sakitnya luar biasa. Sakit begini nih yang kemudian berefek kepala pusing, leher pegel, susah ngunyah makanan, makan enak pun jadi nggak enak. Subhanallah yah. Ya inilah Uji Nyali yang keempat.

Sepertinya masih ada Uji Nyali lain yang tidak bisa kutuliskan disini. Kata Uji Nyali ini memang mujarab banget nget nget. Dan bulan Juli belum berakhir, sabar dib, Uji Nyali selanjutnya akan datang lagi. T_T

Hmmm.. Terlepas dari apapun, yang pasti semua ini adalah ujian dari Sang Maha Pengasih. Dia menguji hamba-Nya bukan tanpa sebab dan hikmah. Pasti ada dan mereka masih tersembunyi dibalik ketidaknyamanan sebuah ujian. Ujian ada untuk menaikkan derajat kita di hadapan-Nya. Jika kita lolos maka kita akan naik tingkat dan akan menemui ujian yang lebih berat lagi. Jika tidak lolos maka kita akan mengulang ujian yang sama lagi. Tinggal terserah kita mau pilih yang mana, berusaha untuk lolos atau tidak. Begitulah hidup. Allah tidak menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Dan batas kemampuan ini ada tiga faktor yang menentukan: azzam, iltizam dan tawakkal. Maka biarlah ujian itu datang pada kita karena semakin besar ujian semakin besar pula kualitas kita. Hadapi dan tuntaskan!!! dan jangan lupa untuk tetap SENYUUUUUM :) :) :)

Jumat, 20 Juli 2012

Taujih_2

Jumat, 6 Juli 2012, saat mengantar adek ke sebuah pesantren di Jawa Tengah..
Memasuki asrama putri, subhanallah ruangan yang sangat sederhana, mungkin inilah yang kemudian para santri diajarkan untuk zuhud dan belajar kekeluargaan :)

Aku memandangi dinding di ruang utama, sepertinya memang digunakan untuk sholat berjama'ah, mengaji, makan bersama, ataupun hal-hal lain sebagai sarana untuk menambah tsaqofah dan meningkatkan rasa moroqobah ilallah..
Dan akupun terpesona saat membaca bebarapa baris kalimat di dinding itu, rasanya makjleb :D

ini dia:

"Jangan terpesona oleh wajah dunia yang merona. Hiduplah cahaya keyakinanmu, maka engkau akan melihat betapa semua yang tampak dihadapanmu adalah fana. Waktu berjalan begitu cepat dan akhiratpun begitu dekat. Lihatlah dunia ini lebih cermat maka hatimu tak kan tergoda dan terpikat. Semua keindahan dunia ini semu, wajarlah bila engkaupun mudah jemu. Jadikan Allah sebagai tujuanmu agar langkahmu makin cepat. Janganlah pernah hadir di hadapanNya terlambat sebab cahaya kehidupanmu bisa terhambat"

"Renungkanlah! Setiap kesempatan isilah dengan perilaku yang menyehatkan. Engkau abai bila membiarkan waktumu bebas lepas. Engkau lemah bila hanya sebab sedikit rintangan engkau tak berani hadapi tantangan. Benahi dirimu segera agar kekecewaan dan kegelisahan tak mendera. MenghadapNya tak butuh berhitung, sebab kemurahanNya juga tak terhitung. MenemuiNya tak perlu waktu luang sebab setiap saat Dia datang. Yang menyibukkanmu adalah yang mengkhawatirkanmu. Yang menghalangimu adalah kebiasaanmu sendri. Pertemuan denganNya padahal tak pernah menyita waktu banyak sebanyak kesibukanmu dengan selainNya. Engkau hanya malas hingga engkau tak menganggap waktumu luas. Engkau hanya enggan hingga rintangan kecil saja membuatmu tak bangkit dan bersegera meniti perjalanan. Berdzikirlah!"

Subhanallah, kata-kata yang begitu indah.. penuh inspirasi, sarat makna dan semangat yang menggelorakan!

Aku Tetaplah Aku

Sebuah coretan, sebuah goresan dari alam pikiran..

Kamis, 12 Juli 2012.

Bismillah..
Bagaimanapun kelanjutan kisah ini, "aku" akan tetap menjadi "aku"
Nantikan di episode selanjutnya.. ^_^

Bagaimanapun juga, Allah begitu menyayangiku..
Allah memberiku kesempatan menyelami banyak hal, begitu dalam..
Memandang dari kacamata yang luas, menyikapi dengan dewasa..
Entah apa yang akan terjadi nanti, aku serahkan pada-Nya..
Tugasku adalah belajar dan tetap istiqomah dalam syariat-Nya..
InsyaAllah ada hikmah yang begitu indah..

Ya, mungkin inilah perjalanan itu, perjalanan yang akan terus menerus memaknai arti belajar.. Entah bagaimanapun, rasanya tak pantas jika tak mensyukuri semua ini. Menyelami dua lautan yang luar biasa, tentu banyak pelajaran yang bisa diambil sebagai bahan penambah tsaqofah, dan tentunya semakin memperkuat siapa diri ini. Meskipun, tak mampu dipungkiri kadang terjadi benturan, karena sama-sama kuat dan tangguh, atau justru karena lemahnya..

Allahu Robbi Ya Rohman Ya Rohim, aku hanya ingin menikmati semua hal ini, yang senantiasa membuatku yakin untuk tetap melangkahkan kaki ini. 'semuanya' bisa kah? Ya Allah, pahamkankan aku atas segala hal yang masih dangkal bagiku, hingga aku berharap akan memandangnya dengan pandangan iman yang sesungguhnya, indah dan damai. Ya Allah, aku yakin pada setiap ketetapan-Mu, maka berkahkanlah atasku dan kami semua, dan hati-hati kami pun lapang atas segalanya nanti.

Ya Allah, tetapkan hatiku, mantapkan aku di atas segala keraguan yang menghimpit pikiranku, tunjukkanlah pada kebenaran yang Engkau ridhoi..

Jumat Barokah, insyaAllah..

Jumat Barokah, insyaAllah!
Tepat satu minggu yang lalu. Tanggal 13 Juli 2012, tentunya tepat hari jumat. Ada yang spesial di hari jumat ini. Ah tidak hanya jumat, setiap hari selalu ada yang spesial, ya mungkin sesuatu yang bisa diambil hikmahnya.
Sekitar pukul 09.00 aku melangkahkan kakiku dari Rumaisha menuju kantor birokrat Undip, yup Rektorat. Ada dua gadis yang baru kukenal lewat sms menungguku disana. Salah satu dari mereka mengirim sms padaku menanyakan aku dimana. 10 menit kemudian aku sudah memarkirkan motorku di tempat parkir rektorat dan kemudian memasuki rektorat. “saya sudah masuk gedung rektorat lt 1”, aku me-reply demikian. Aku duduk di kursi yang seharusnya diduduki oleh ‘para penunggu’. Tidak lebih dari 1 menit ada dua gadis berjilbab rapi menghampiriku, menyalamiku dan sepertinya ragu-ragu ingin menyapaku. Aku hanya tersenyum dan mencoba menebak “hayoo siapa?”. “mba diba ya..”, salah satu dari mereka berucap. “iya.. sini duduk dulu”, jawabku dan mempersilahkan mereka duduk. Aku mengamati mereka, dua mahasiswa baru undip 2012 asal Kudus, berjilbab rapi, yang satu berjilbab warna merah muda yang satunya lagi warna coklat tua. Aku tahu jelas kedatangan mereka kesini. Aku menarik nafas pelan dan berusaha memilih kata yang tepat sebagaimana dua hari sebelumnya. Kemudian sebagai pembukaan aku menanyakan satu hal kepada mereka. “kalo saya kan daftar bidikmisi mba” jawab yang berjilbab merah muda. “kalo saya nggak daftar mba, ini saya sudah bawa berkas-berkas yang harus dilengkapi, sudah lengkap mba” jawab yang berjilbab coklat tua. Dia memberikan berkas-berkas itu padaku dan akupun membukanya. Ada surat keterangan tidak mampu, fotokopi katu keluarga, fotokopi rekening listrik, foto rumah dan lain-lain. “begini dek, kalo yang sudah daftar beasiswa bidikmisi untuk sementara tidak perlu bayar, jadi nanti langsung saja bisa registrasi ulang tanggal 2 – 10 Agustus ya. Kalo yang tidak mendaftar bidikmisi namun mengalami kesulitan dalam membayar uang masuk, ada kebijakan dari Undip yaitu pengangsuran, jadi... bla bla bla” aku menjelaskan secara lengkap tentang pengangsuran biaya SPMP. “gimana dek?” aku meminta tanggapan padanya. “gimana ya mba, jujur ibu saya kesulitan jika harus membayar segini (total biaya yang harus dibayar tanpa pengangsuran-red), mungkin bisa diusahakan untuk membayar tanpa SPMP meskipun sebenernya susah juga”. Aku menatapnya, tidak ada wajah sedih ataupun sebaliknya, dia tidak malu menceritakan kondisi sebenarnya. Sebenarnya aku sudah tahu jelas kondisinya melalu sms sebelum bertemu, lengkap pula dengan kondisi keluarga. Aku diam sejenak lalu aku membawanya ke ruang dalam yang biasanya dilakukan wawancara oleh Tim Advokasi. “dek, berkasnya kan sudah lengkap, tapi dari kami ada form yang perlu diisi” kataku sambil memberikan dua form untuk diisi padanya.
Aku melihat jam di handphone ku. 09.24 terlihat jelas di layar hp-ku. Aku mendesah pelan. Entah sudah berapa kalimat istighfar aku ucapkan amat pelan. Mencoba tidak panik dan aku mengambil berkas-berkas yang menumpuk agar segera di bawa ke Pak PR 2 untuk di-disposisi. “dek, saya tinggal ke PR 2 dulu ya. Form nya diisi dulu, nanti insyaAllah saya kesini lagi”. “iya mba, maaf ya merepotkan” jawab mereka. Aku balas dengan senyum, lalu mengganti jaket dengan jas almamater, lalu melangkahkan kaki dengan cepat menuju ruang PR 2 di lantai 2. Tepat sesuai dugaan, aku harus menunggu dapat giliran menghadap orang paling sibuk untuk momen seperti ini. Kembali menatap jam hp. Jam 10.00. Sudah banyak sms masuk menanyakan aku sedang dimana. Ya Allah. Sambil menunggu giliran aku keluar ruangan PR 2 melihat kondisi di bawah apakah ada yang isa menggantikan aku, sepertinya tidak! Semuanya juga sedang sibuk dengan job masing-masing. Kalimat istighfar kembali kuucap. Hingga akhirnya aku memutuskan meng-sms kawan satu komisi, meminta tolong untuk menggantikan aku, berharap semoga ada waktu luang. Alhamdulillah dia bisa meskipun harus menunggu hampir 15 menit.
Jam 10.30 aku meninggalkan ruang PR 2. Akupun kembali ke lantai 1 mengingat aku sudah janji ketemu dengan dua mahasiswa baru tadi. “Gimana dek? Sudah diisi semua?”. Ia menyerahkan berkasnya lengkap form yang sudah diisi. Berbincang lumayan lama juga, ditambah memotivasinya dan menguatkannya. “Ini yang bisa kami usahakan dek, ya semaksimal mungkin, namun nanti hasilnya Pak PR 2 yang memberi keputusan. Kita sama-sama berdoa saja ya, semoga dimudahkan. Semoga Allah pun melimpahkan rizqinya..”. Hampir 10 menit aku berani memutuskan apa yang harus aku tuliskan di berkas itu untuk membantunya. Bismillah, ucapku dalam hati. Setelah itupun aku menyarankan sebuah kosan Islami (wisma-red) untuk salah satu dari mereka yang sudah pasti masuk Undip karena mendaftar bidikmisi. Aku menghubungi temanku untuk menjemput mereka. Jam 10.45. “saya duluan ya dek, maaf nggak bisa nganter lihat-lihat wisma, ada agenda soalnya. Assalamu’alaikum..” Aku berpamitan pada mereka, menyalaminya dan melemparkan senyum.
Aku melangkah ke parkiran rektorat. Menarik nafas panjang. Ya Allah, semoga Engkau bukakan pintu kemudahan-Mu untuknya, doaku dalam hati.
Jam 10.50 aku sampai pada sebuah wisma. Banyak motor sudah terparkir di depannya. “assalamu’alaikum.....” aku memasuki ruang tamu. Wa’alaikumsalam. Alhamdulillah nyampe juga. Wah sampai-sampai masih pake almamater. Duh Bu Senat nih, hehe. Mau dipijitin yang mana? Ah kayaknya pikirannya yang dipijitin, hehe. Beberapa kawanku mengucapkan demikian sambil senyum. “afwan ya..” aku hanya bisa mengucap kata ‘afwan, kata maaf dalam bahasa arab. “Oke, ayuk berangkat”, kamipun berangkat ke sebuah tempat. Ya rihlah, sebuah sarana untuk refreshing, merefresh serta mencharge ruhiyah dan semangat, di sela-sela kehidupan dunia yang begitu melelahkan.
Ngrembel Asri. Sebuah tempat di kawasan Gunung Pati. Baru kali ini aku datang ke tempat itu. Tempat pemancingan, tempat rekreasi, tempat bermain, tempat outbond, kebun binatang, dan tentunya tempat untuk berfoto ria, hehe. Aku membiarkan diriku beserta pikiranku bebas, biarkan saja diri ini bersantai dan bertafakur terhadap alam ciptaan-Nya beserta segala isinya yang begitu indah. Tenang dan damai. Terdengar riak-riak air di sebuah kolam ikan yang cukup luas. Terlihat ular cantik berwarna kuning yang dikurung agar tidak membahayakan pengunjung. Dan masih banyak binatang-binatang lain yang sengaja menjadi obyek wisata di Ngrembel Asri. Oh ya, di Ngrembel Asri bertemakan ikan, tentunya, karena makanan atau menu utama di Ngrembel Asri adalah ikan, aku beserta ‘rombongan’ pun menikmati gurame bakar yang sungguh menggoda lidah. Alhamdulillah, yummi :)

Seluruh rangkaian ‘refreshing’ ini sesungguhnya adalah dalam rangka melingkar (namun tidak simetris :D). Masing-masing dari kami membacakan sebuah surah dalam Al-Qur’an secara bergantian dengan metode tasmi’ (yang satu membaca tanpa melihat yang lain menyimak) begitu seterusnya. Alhamdulillah serangkaian ‘refreshing’ dilalui dengan baik. Supply energi ruhiyah beserta khotirot-khotirot yang menjernihkan hati. Syukurku pada Allah atas segala nikmat-nikmat yang begitu luar biasa.

ya Allah.. jernihkan hati ini, kuatkan pijakan ini..
aku tahu janji-Mu pasti :)

Minggu, 01 Juli 2012

here we are

begaya deh si dika, ana sama fiki..

hmmmmm

ini nih si amik yang udah gede, banyak yang ngefans katanya -__-

ini pas silaturrahim ke rumah budhe..