Minggu, 02 Maret 2014

Hanya Modal Suka? Cukup?




Ingin berbicara soal perasaan. Ya perasaan manusia. Kabarnya sih perasaan itu tidak bisa dicegah. Tidak terkecuali perasaan suka. Siapapun berhak merasakan suka kepada siapapun atau apapun. Yang ingin kutanyakan pertama adalah bagaimana perasaan suka itu muncul? Katanya nih, suka itu muncul tanpa perlu alasan yang jelas. Rasa suka adalah anugerah indah yang Allah berikan. Rasa suka membuat hati berbunga-bunga dan bisa-bisa bikin si perasa suka senyum-senyum sendiri. Ah aku tidak sepakat dengan teori ini. Bagaimana mungkin perasaan suka tidak perlu punya alasan yang jelas. Perasaan itu juga butuh pertanggungjawaban. Lalu bagaimana bisa mempertanggungjawabkan jika alasan saja tidak punya. Jadi, aku lebih sepakat bahwa rasa suka yang benar adalah ketika ia muncul karena alasan yang benar pula. Contohnya adalah, ketika seseorang suka tilawah, kenapa? karena dia tahu bahwa tilawah adalah salah satu amalan utama yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Nah ini adalah rasa suka yang benar terhadap suatu hal. Kemudian bagaimana jika rasa suka itu untuk seseorang?

Oke, kita mulai bahas tentang suatu hal yang belum pernah aku bahas disini (hehe). Adalah perasaan suka seseorang terhadap orang lain (lawan jenis-red). Aku sampaikan lagi bahwa perasaan suka adalah fitrah setiap manusia. Setiap orang pasti pernah merasakan suka terhadap seseorang, entah itu suka, kagum, simpati atau apalah namanya. Mungkin bagi para ABG rasa suka ini tidak butuh alasan. Namun bagi kita? Oke sebelumnya aku anggap kita semua sudah cukup dewasa, ya umur sekitar 20 tahun keatas lah ya (soalnya yang nulis ini umurnya sedang menuju 23 tahun hehe). Kembali lagi yap. Jangan bermain-main dengan rasa suka. Karena dengan rasa suka itu bisa membawa kita pada kebaikan atau justru keburukan. Salah satu indikatornya adalah kapan kita menggunakannya.

Kapan. Kapan rasa suka itu muncul? Rasa suka yang benar adalah ketika kedua belah pihak berada dalam kondisi yang sudah sah, maksudnya sudah menikah. Ada kisah menarik yang dialami oleh kakak senior. Jadi beliau menikah dengan seorang laki-laki yang belum dikenalinya sebelumnya. Belum kenal lho saudara-saudara. Mereka dipertemukan dalam sebuah proses yang bernama ta'aruf. Beliau meyakini bahwa pernikahan yang mereka bangun adalah untuk da'wah ilallah, bukan karena modal suka sebelumnya. Bagaimana bisa sudah suka wong kenal saja belum. Ya mereka menikah karena kesamaan visi yang mereka miliki. Begitu sederhanakah? Oh tentu bukan hal yang sederhana. Menikah itu bukan hal yang sederhana, bukan hanya sekedar karena suka satu sama lain. Menikah itu bukan hanya modal suka. Terus berarti salah kalau sudah suka sebelumnya? Sebenarnya tidak sepenuhnya salah juga. Fenomena ini mungkin sering terjadi. Jadi yang perlu ditekankan disini adalah, rasa suka itu bukanlah yang utama dalam membangun sebuah pernikahan. Suka itu hanya penambah rasa saja. Seorang yang hendak menikah harus punya alasan yang jelas mengapa ia mau menikah dengannya? Jika hanya modal rasa suka itu terlalu duniawi. Maka menikah itu harus punya orientasi ukhrowi. Karena dengan orientasi ukhrowi tersebut, hal-hal yang bersifat duniawi akan menjadi lebih mulia di sisi Allah.

Rasa suka yang benar adalah rasa suka yang juga hadir untuk segala suasana. Dalam suasana senang ataupun tidak, rasa suka itu terus hadir bahkan semakin berkembang. Karena rasa suka itu menguatkan bukan melemahkan. Dan buatlah rasa suka itu sebagai sarana cinta kita kepada Allah SWT. Sudah siapkah dengan rasa suka itu???



08.05
020314
@Khansa Studio 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar