Minggu, 02 Maret 2014

Melengkapi

Dalam sebuah kelompok, kelompok apapun itu, adalah suatu keniscayaan ada yang disebut pemimpin dan ada pula yang disebut anggota, apalagi ketika kelompok tersebut memiliki tujuan yang jelas dan kuat. Pemimpin disini adalah sosok yang akan menjadi nahkoda dalam keberjalanan kelompok tersebut, menjadi pengarah gerak jalan kelompok tersebut, dan pengambil keputusan dalam setiap persoalan. Begitu urgent nya fungsi pemimpin, maka bagaimana mungkin kelompok tersebut akan berhasil mencapai tujuannya jika tidak ada struktur pemimpin dan anggota yang jelas? Atau mungkin, ada struktur yang jelas namun fungsi itu tidak berjalan? Bisa jadi.


Oke sekarang kita berbicara soal pemimpin. Mari sebelumnya kita bersepakat bahwa adanya pemimpin dalam suatu kelompok itu amat penting dan fungsinya harus berjalan dengan baik.
Dari Zaid bin Tsabit bahwasanya ia berkata di sisi Nabi Saw, "Seburuk-buruk perkara adalah kepemimpinan." Nabi Saw pun bersabda, "Sebaik-baik perkara adalah kepemimpinan, bagi orang yang mengambilnya dengan hak-haknya. Dan seburuk-buruk perkara adalah kepemimpinan, bagi orang yang mengambilnya dengan cara yang tidak benar maka kelak hanya akan mengundang kekecewaan pada hari Kiamat." (HR. Thabrani).
Kepemimpinan yang baik adalah yang dijadikan sebagai sarana untuk terus mencari kebaikan di sisi Allah, mendekatkan diri kepada Allah, dan memberikan kebermanfaatan bagi orang banyak. Bukan untuk mencari kepopuleran atau suatu kebanggaan di sisi manusia. Karena pemimpin yang baik adalah ketika dia meyakini bahwa sesunggunya kepemimipinannya, baik dalam lingkup besar maupun kecil, pasti akan dimintai pertanggungjawabannya di yaumil qiyamah kelak nanti, sehingga pemimpin yang baik senantiasa berusaha menjadi seorang yang amanah.

Pemimpin dalam lingkup paling kecil adalah pemimpin bagi diri sendiri, ialah bagaimana kemudian kita mampu memimpin jiwa, hati dan segala anggota badan kita sehingga senantiasa berjalan lurus dan tidak menyimpang dari perintah Allah. Misalkan saja, kita memimpin lisan kita, maka kita mengatur lisan kita untuk berbicara halyang baik-baik saja, bukan sebaliknya. Selanjutnya mari kita berbicara tentang lingkup organisasi. Dalamprose  s kepemimpinan kita mengenal istilah periodisasi kepemimpinan. Ya, masing-masing pemimpin memiliki masa kepemimpinannya masing-masing pula. Dan masing-masing dari mereka tentu memiliki karakteristiknya masing-masing. Pemimpin yang satu tentu memiliki gaya yang berbeda dengan pemimpin yang lain. Gaya kepemimpinan masing-masing pemimpin itu berbeda, maka tidak bisa harus selalu disamakan. Mengapa berbeda? Ya gampangnya karena karakter per seorangan dari merekapun berbeda, meskipun tuntutan kepemimpinan itu sama (terlepas dari kondisi eksternal).

Taruhlah pemimpin pada suatu kepengurusan organisasi. Pemimpin baru akan dipilih pada saat kepengurusan baru, demikian seterusnya. Seorang pemimpin baru pasti memiliki inovasi baru yang berbeda dengan pemimpin sebelumnya. Bahkan karakter kepemimpinannyapun berbeda. Seorang pemimpin pasti tidak ingin disamakan dengan pemimpin sebelumnya. Sebagaimana saya sebutkan sebelumnya, karena masing-masing memiliki karakter pribadi  yang berbeda. Ada sebuah fenomena, ini nyata, mungkin juga sering terjadi dalam beberapa organisasi, seorang anggota suatu organisasi menyebutkan, "aku nggak suka sama mas .........., enakan mas .......... ketua kemaren, aku lebih nyaman pas kepengurusan kemaren. Apalagi mas nya cuek banget, nggak kayak ketua yang kemaren mas nya ramah suka nyapa sama perhatian". Ya memang sah-sah saja dia mengatakan seperti itu, itu hak dia, namun perkataan dia juga tidak bisa dibenarkan sepenuhnya. Ada beberapa hal yang perlu dikoreksi dari masing-masing pihak baik si ketua (pemimpin) dan anggota tersebut. Pertama. Bagi si ketua. Ketika ada anggotanya yang mengatakan begitu anggaplah sebagai kritikan dan masukan, ya ternyata begitulah yang dirasakannya tentang sikap yang selama ini si ketua lakukan. Memang sifat atau karakter itu sudah melekat pada diri, namun sebenarnya sifat dan karakter itu bisa dibangun dan dibentuk. Maka tidak ada salahnya mengubah sifat dan karakter selama itu dibutuhkan untuk kebaikan bersama. Dan selama yang dituju adalah sifat dan karakter yang lebih baik daripada sebelumnya. Namun perlu dicatat bukan berarti "menjadi orang lain", bukan begitu, saya rasa pemimpin yang baik tahu apa yang perlu diubah dari dirinya untuk menghindari kemudharatan. Kedua. Bagi si anggota. Memang benar hakikat seorang pemimpin sebetulnya adalah pelayan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Maka sangat wajar sekali ketika membutuhkan seorang pemimpin yang sempurna. Namun pertanyaannya adalah adakah sosok pemimpin yang sempurna pada saat ini? Tidak ada. Nah makanya pemimpin bukan lah Malaikat, bukan pula seorang Rasul yang ma'shum. Pemimpin adalah manusia biasa yang kadang juga khilaf. Maka jika seorang pemimpin melakukan kesalahan tugas anggota adalah mengingatkan, bukan menjustifikasi apalagi membandingkan dengan pemimpin sebelumnya. Seorang anggota juga harus menyadari bahwasanya tugas seorang pemimpin itu amatlah berat, karenanya yang dibutuhkan seorang pemimpin adalah dukungan, bantuan dan saran-saran yang mendukung.

Oleh karena itu, dalam sebuah kelompok seorang pemimpin dan anggota harus saling melengkapi. Masing-masing memiliki tugas dan fungsi yang bersinergi untuk mencapai tujuan bersama.


Ada tanggapan???
Silakan isi komentar di bawah :)


18.45
010314
@Khansa Studio 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar