Kamis, 29 Maret 2012

tentang ayat-ayat cinta-Nya

bismillahirrohmanirrohim...


”Barang siapa yang disibukkan al-Quran dalam rangka berdzikir dan memohon kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Ku berikan pada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan Kalam Allah dari seluruh Kalam selain-Nya seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya.” (HR Tirmidzi)

Begitulah sabda Rasulullah SAW, seorang teladan paling baik sepanjang zaman. Hadits tersebut memberikan kesimpulan bahwasanya bersibuk-sibuk ria dengan Al-Qur’an adalah salah satu kesibukan teragung menurut Allah dan Rasul-Nya. Pertanyaannya, hayooo sudahkah kita bersibuk-sibuk ria dengan Al-Qur'an? ataukah justru kita tidak pernah sama sekali bersibuk diri dengan Al-Qur'an? silakan bisa dijawab sendiri di hati kawan-kawan dan cobalah untuk direnungkan.

Saya pernah posting tentang bagaimana menjadi khusyu' saat membaca Al-Qur'an (al-Khusyu' 'inda tilawatil Qur'an), dan untuk kali ini saya ingin menulis tentang bagaimana berinteraksi dengan Al-Qur'an. Sejauh ini bagaimana hubungan kita dengan Al-Qur'an? dan harusnya bagaimanakah? Mungkin sebagian kita sudah tahu banyak mengenai hal itu, namun “tahu” dan “menghayati, meresapi, dan merenungi” jelas berbeda. Analogi sederhananya adalah tentu berbeda rasanya antara ketika kita bergaul dengan teman dekat dengan teman yang sekadar kenal saja. Teman dekat telah cukup mengerti kita, pun kita sudah tahu plus minusnya dia. Salah satu faktor utama penyebab munculnya rasa itu ialah intensitas dan kualitas pergaulan kita. Oleh karena itu, penting untuk kita me-refresh dan berusaha menggali lebih dalam setiap keutamaan di balik hubungan kita dengan Al-Qur’an. Semoga dengan ini kita tak hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai “teman”, tapi lebih dari itu, yaitu “sahabat” atau bahkan “saudara”.


Ijinkan saya bercerita tentang pengalaman pribadi.
Saya lahir dari keluarga yang sangat peduli dengan agama. Ibu saya pernah bercerita, saya belajar membaca Al-Qur'an -dulu saya mulai dari belajar Qiroati- sejak umur 2 tahun (lagi unyu-unyunya ^^) di sebuah TPQ yang merupakan bagian dari yayasan Al-Muttaqin. Yah namanya juga anak kecil, baca huruf "ro" jadinya "lo". Namun "perjalanan" di TPQ tersebut tidak hingga akhir. Waktu itu umur saya hampir 4 tahun dan ibu saya sedang hamil adik saya yang pertama, jadi tidak ada yang bisa nganter saya ngaji di TPQ yang jaraknya sekitar 800 m dari rumah, secara bapak saya juga saat itu masih kerja di luar. Akhirnya bapak ibu membuka ngaji di rumah agar saya bisa ngaji di rumah saja, yang ngajar bapak dan ibu saya, alhamdulillah inisiatif orang tua saya bisa membangkitkan anak-anak di sekitar rumah untuk belajar ngaji.
Di lain tempat saya dimasukkan ke TK persiapan MI yang tempatnya satu kompleks dengan tempat ngajar ibu. Alhamdulillah saya bisa mengikuti alur pembelajaran meskipun saat itu umur saya belum sampai 4 tahun. 1 tahun berlalu, sampailah pada acara perpisahan TK, ada hal yang saya lupa, ternyata saat perpisahan TK saya diminta untuk tampil membaca Al-Qur'an, waah luar biasa karena di antara anak-anak yang lain baru saya yang bisa membaca Al-Qur'an. Ibu saya kembali bercerita dengan semangatnya.

kagum. ya, saya begitu kagum dengan orang tua saya. Mereka begitu peduli dengan pendidikan agama untuk anak mereka. Terutama tentang bagaimana mengenal Al-Qur'an. Sejak masa kecil, mengenalkan Al-Qur'an memang paling baik adalah sejak anak masih dini, mengajarkan pula bagaimana membacanya dengan baik dan benar sesuai makhroj dan tajwidnya. Alhamdulillah Allah memberikan kesempatan emas yang tak ternilai harganya.

dan bapak saya pernah berkata (dengan sedikit ubahan ^^):
Banyak orang yang bisa membaca Al-Qur'an namun tidak banyak orang yang mampu menghayati dan mentadabburi makna dari tiap ayat yang dibacanya. Mulailah pada saat sholat. Saat membaca Al-Fatihah resapi artinya, maka akan terasa ketenangan, kekhusyu'an dalam sholat insyaAllah. Lalu pada saat baca Al-Qur'an, bacalah dengan pelan, jangan tergesa-gesa, baca dengan jelas sesuai makhrojnya, dan sempatkan baca terjemahan. makanya yuk perlu dibiasakan baca al-quran diiringi dg memahami maknanya hingga bener2 terasa di dlm hati.

yuk, sekarang kawan! hanya butuh sekarang! kembalilah pada Al-Qur'an. Jadikan ia teman bahkan saudara kita yang senantiasa menemani aktivitas kita.

Rasulullah SAW bersabda: “Tidakkah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid), membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka; kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi rahmat, dikelilingi malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan makhluk yang ada di dekatnya.” (HR Muslim)
Betapa bahagianya jika ketenangan selalu meliputi hidup kita. Kemudian, memasuki negeri akhirat pun kita disambut oleh para malaikat yang ternyata mengenal kita karena sering disebut oleh Allah SWT. Subhanallah. Jadikan kami termasuk golongan itu, Ya Allah. Aamiin yaa Robbal 'Aalamiin.



@ Al-Kautsar



1 komentar:

  1. Sepakat sama kata bapak diba:
    "Saat membaca Al-Fatihah resapi artinya, maka akan terasa ketenangan, kekhusyu'an dalam sholat insyaAllah. Lalu pada saat baca Al-Qur'an, bacalah dengan pelan, jangan tergesa-gesa, baca dengan jelas sesuai makhrojnya, dan sempatkan baca terjemahan."
    Betul,
    Subhanallah..

    BalasHapus